3. Izin Ke Zaujati

755 165 21
                                    

بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

❛❛Kematian itu datangnya misterius
jadi, jangan menunggu besok, besok, dan
besok untuk bertobat.❜❜

Pangeran Tanah Shankara

Rain terduduk di kasur, ia memandangi langit-langit kamar barunya itu. Ia menghela napasnya, suaminya itu belum pulang pasca kejadian yang dialami Zaid.

Ia teringat, ia belum membereskan pakaiannya. Sembari menunggu suaminya pulang, iapun akhirnya membereskan beberapa pakaian untuk di masukan ke dalam lemari.

"Assalamu'alaikum ya babarahman." Suara lembut menyapa indra pendengaran Rain, membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Eh Gus?" Rain mendekat, lalu menyalami suaminya itu. "Wa'alaikumussalam ya sayidul aamiin," jawabnya.

"Pinternya istriku." Tanah mengusap lembut kepala Rain.

Rain sebenarnya salah tingkah parah, saat suara salam yang dinantikan itu terdengar jelas dengan lembut. Untung saja, ia menggunakan cadar jadi jika pipinya memerah pasti tidak akan terlihat.

"Oh ya tadi panggil saya apa, hm?" Tanah memandangi lekat wajah Rain yang tertutup cadar.

"Gus," cicit Rain.

"Ingat ya sayang, kita udah nikah. Panggilan itu udah nggak berlaku lagi," kata Tanah, ia merangkul pundak Rain sembari berjalan menuju ke kasur.

"Hm bagimana kalo, Mas?" Kini mereka berdua duduk di kasur yang sudah ditata dan dihiasi seaestatic mungkin.

"Apa? Saya nggak dengar sayang?"

"Mas?"

"Dalem sayangku, humairahku, cantikku, duniaku, surgaku, zaujatiku. Pripun, hm?" Rain tersipu malu, sekian kali dibuat salah tingkah oleh cowok fiksi, tapi sekarang nyata, bukan hayalan dan bukan ciptaan penulis. Tetapi, ciptaan Tuhan yang namanya tertulis di lauhul mahfudznya.

"Mas bisa bahasa Jawa?"

"Bisalah, Mas 'kan keturunan Jawa-Arab Zaujati," jawab Tanah.

"Hm, kayanya panggilannya cocokan Zauji dan Zaujati deh," ujar Rain.

"Ya udah panggilnya Zauji dan Zaujati aja, cocok," balas Tanah, mengusap lembut kepala istrinya itu.

"Eh Zauji, tadi gimana kata polisi kasus yang menimpa Zaid?" tanya Rain.

Mendengar itu Tanah menghela napasnya. "Kata polisi Zaid dinyatakan bunuh diri."

Rain yang mendengar itu, seketika kaget. "Tapi Zaujatiku, Zauji nggak percaya bahwa Zaid meninggal karena bunuh diri," ujar Tanah memberitahu, isi pikirannya.

"Wajar sih nggak percaya, terus gimana caranya agar ada bukti kalo Zaid nggak bunuh diri."

"Nah itu." Tangan Tanah bergerak memegangi tangan Rain. "Saya Pangeran Tanah Shankara, izin untuk menjadi dektetif supaya kasus ini terpecahkan. diizinkan tidak, hm?"

Rain yang mendengar itu tersenyum. "Sucianika Rain Senjana Sastra Al-Hawa, mengizinkan sang suami memecahkan kasus ini, tahammas Zauji! " serunya.

"Siap Zaujatiku!" Tanah ikut tersenyum, lalu ia mendekat ke Rain.

Cup.

Kecupan hangat mendarat di kening Rain, membuat jantung sang empu berdebar kencang, pipinya yang mulai memerah bak kepiting rebus.

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang