9. Tak Lagi Pakai Topeng

602 139 34
                                    

Assalamu'alaikum🌷
Tandai Typo!

Sholawat Dulu Yukk
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

•HAPPY READING •

Laki-laki itu menatap dirinya di layar kaca, ia membuka topeng yang masih menempel di wajahnya. Topeng itu ia buang, dan akan ia gantikan dengan kostum kelinci.

Tangannya membuka sebuah kantong plastik yang berisikan sebuah kostum berbentuk kelinci, dengan warna putih kotor yang sengaja ia berikan noda darah.

Setelah kostum itu melekat di badannya, ia tersenyum dibalik penutup kepala yang berbentuk kelinci. Lalu setelahnya ia berjalan menuju ke arah ruangan.

Ruangan yang terdapat Langit dan Hawa. Pintu itu ia buka, Langit dan Hawa rupanya sedang melaksanakan sholat.

Ia duduk di kursi, tangannya ia silangkan didepan dada sembari menatap Langit dan Hawa yang sedang melaksanakan sholat.

Langit dan Hawa telah selesai sholat, mereka kini melipat mukenah serta sajadah mereka. "Sudah selesai?" Pertanyaan itu muncul membuat Langit menoleh, menatap laki-laki berkostum kelinci.

"Kenapa liatin saya? bagus bukan kostum baru saya?" Laki-laki itu terkekeh lalu tangan kirinya mengeluarkan sebuah pisau, ia beranjak dari duduknya dan berjalan mengitari sepasang suami-istri itu.

"Kamu siapa sebenarnya?" tanya Langit, mendengar itu kostum kelinci menatap lekat Langit.

"Mikir sendiri coba," ujarnya, tangan kanannya sibuk menarik kaki Langit yang ditekuk untuk diluruskan dan tangan kirinya yang memegangi pisau itu ia gesekan ke kulit kaki Langit.

Setelah ia gesekan ke kulit Langit, ia memegangi luka yang baru ia ciptakan. Luka yang menganga tersebut oleh kostum kelinci, dicubit membuat ringisan keluar dari mulut Langit dan juga darah segar keluar.

"Saya ingin menyayat istrimu, boleh ya?" tanya laki-laki itu menyeringai buas.

"Jangan! Sakiti saya semau mu saja! Istri saya jangan terluka." Hawa yang mendengar itu menggeleng, ia takut suaminya terluka lebih parah lagi. Dan benar, yang ditakutkan terjadi suaminya disayat berkali disatu tempat sampai dalam.

"Ya Allah, tolong kami." Hawa tak diam, Hawa sedari tadi berdoa, meminta pertolongan kepada sang pencipta.

Ia meneteskan air mata, melihat suaminya yang meringis kesakitan akibat benda tajam yang menyayat kakinya berkali-kali tidak berpindah ke kaki satunya atau lengan dan badan lainnya.

Satu tempat berkali-kali, bahkan suara ringisan tidak membuat aksi gila itu berhenti.

Hawa harus melakukan sesuatu, agar laki-laki itu tidak melukai berkali-kali kaki suaminya. Ia menatap sekitar, ada sebuah tongkat kayu, dengan gesitnya ia mengambil kayu itu.

Ia langsung arahkan tongkat itu ke punggung laki-laki kejam itu.  Setelah dirasa akan pas sasaran Hawa memejamkan matanya, sembari mengucapkan sesuatu.

"Bismillahirrahmanirrahim."

BUGH!

Tubuh laki-laki itu tergeletak, ia pingsan. "Astaghfirullah, Umi harusnya ngga kaya gini, gimana nanti dia marah dan malah semakin melukai kita," ujar Langit.

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang