49. Berangkat

41 10 12
                                    

Assalamu'alaikum💟✨
Jangan Lupa Votenyaaaaaa........

_________________________________

"Fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan, tapi bisakah jangan
melakukan keduanya?"

-Pangeran Tanah Shankara 

Beberapa bulan kemudian....

Kini Tanah, Bumi, kakek Sani, Rain, dan Matahari, sudah berada di depan asrama haji. Ya, sebelum berangkat ke Mekah, para jamaah haji biasanya akan terlebih dahulu masuk ke asrama haji.

Di asrama haji, mereka akan melakukan beberapa persiapan seperti pengecekan dokumen, pemeriksaan kesehatan, pembagian perlengkapan, dan pengarahan terkait tata cara pelaksanaan ibadah haji.

Asrama haji ini juga berfungsi sebagai tempat transit sebelum para jamaah diberangkatkan menuju bandara untuk penerbangan ke Arab Saudi.

Tanah, Bumi, Rain, Matahari, dan Kek Sani, mereka berjalan menuju ruang tunggu untuk pengecekan dokumen dan lain-lainnya.

Mereka berlima kini sudah melakukan pengecekan, dan mereka tinggal berangkat menuju bandara bersama para jama'ah lainnya.

Di bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Kini keluarga Tanah dan Rain menunggu Tanah, bersama geng motor X. Beberapa menit kemudian, Tanah, Rain, Bumi, Matahari, dan Kek Sani tiba di bandara.

Kek Sani saat turun dari mobil, ia langsung menghampiri sahabatnya.

"Kakek mau kemana?"

"Itu, ada temen kakek ternyata. Kakek mau kesana dulu ya?" Tanah tersenyum sembari mengangguk.

Setelahnya mereka langsung disambut oleh X geng. "Aduh, sekali nge-date langsung ke mekkah, aja nih," ledek Harta.

"Iya nih Ta, alhamdulillah," ujar Tanah tersenyum pada Harta.

"Doain semoga kita nyusul deh ke Baitullah," ujar Tenggara.

"Aamiin, pasti nanti saya doakan," ujar Tanah.

"Eh kloter berapa?" tanya Airlangga.

"Kloter ke 2." Mendengar itu, ia mengangguk. "Paling bentar lagi," ujarnya.

"Eh iya, ya udah kita pamit dulu ya?" ujar Tanah, ia menyalami mereka.

"Umi, Abi, kita berangkat ya?" Mendengar itu Abi Laut, Abi Langit, Umi Hawa, dan Umi Habba mengangguk.

Begitu juga dengan Zidan, Cahya, dan Ainun, mereka mengangguk.

"Hati-hati ya kalian, jangan lupa makan terus kabarin kami kalo udah sampai ya?"

"Siap Umi," ujar mereka. Mereka berempat sudah seperti keluarga, walau kesalahan Ayah Bumi membuat Tanah dan Rain kehilangan anak, tapi itu semua mereka sudah ikhlas.

"Bentar Uji, aku mau pamitan sama Abang," ujar Rain membuat Tanah mengangguk.

"Abang!" panggil Rain, sedikit berteriak.

Hujan yang mendengar itu langsung tersenyum. "Hati-hati ya dek," ucapnya. Kakaknya ini memang sedang duduk entah sedang menikmati apa.

"Siap Bang, eh Abang mau titip doa nggak?" tanya Rain.

"Doain aja supaya Abang bisa nyusul bareng istri ya?" kata Hujan, seperkian detik netranya saling menatap dengan satu perempuan di dekat Airlangga.

Di sisi lain pula, Matahari sedang berbincang riang dengan kakak laki-lakinya siapa lagi kalau bukan Tenggara Novel Al-Biruni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang