34. Persalinan

223 25 8
                                    

Rain mengangguk sembari menahan rasa sakit. Mereka sama-sama mengucapkan syahadat dengan Tanah yang sembari fokus menyupir.

Truk itu benar-benar seperti tidak kuat, mundur, semakin mundur hampir mendekati mobil Tanah.

Dan....

"Awas Mas!" pekik Rain, mendengar itu Tanah langsung menghindar, saat truk itu mundur ke arah dirinya, Tanah langsung menyalip dengan menggunakan bahu jalan.

Setelah berhasil menghindar ia menghela napasnya, tangannya mengusap peluh keringat yang muncul.

"Alhamdulillah kita berhasil menghindar," lirih Rain.

"Mas-mas, sa-sakit," rintih Rain akibat rasa sakit perutnya menjalar.

"Sabar Zaujati," racaunya.

Rumah sakit kini menjulang tinggi di depan mereka, Tanah langsung memarkirkan mobil itu dan segera memampah istrinya.

"TOL-TOLONG DOK! TO-TOLONG ISTRI SAYA!" teriak Tanah saat berada di koridor rumah sakit.

Para Suster yang melihat itu langsung mengambil bankar dan Suster itu membantu Rain untuk menaik ke bankar.

"Pak? bapak juga terluka dan sepertinya itu luka tusukan ya Pak?" tanya Suster itu.

"Iya, tapi saya tidak apa-apa. Nanti saja saya ingin menemani istri saya lahiran," ujar Tanah dengan napas yang tersengal-engal.

Saat Tanah berjalan mengikuti bankar istrinya seraya memengangi perutnya, tiba-tiba dokter laki-laki mencegat tangan Tanah.

"Kamu sakit, nanti kalau rasa sakit di perutmu parah, istrimu bisa khawatir dan akan nge-drop kondisinya. Percayalah saya akan menyembuhkan mu secepat mungkin sehingga kamu bisa menemani istrimu," ujar Dokter itu, tersenyum di balik maskernya.

"Hm, baiklah. Tolong ya periksa saya secepatnya." Dokter itu mengangguk lalu menggandeng tangan Tanah untuk masuk ke ruang pemeriksaan.

Sedangkan Rain, ia panik suaminya tak kunjung datang. Ia panik, takut Tanah kenapa-kenapa. "Su-suami Ra-Rain mana?" tanyanya, membuat para suster saling memandang.

"Sepertinya suami Ibu sedang diperiksa oleh dokter," jawab salah satu suster.

"Ibu yang tenang ya? jangan dipikirkan, kami yakin suami Ibu tidak kenapa-kenapa," sahut suster lainnya.

"Mari kami cek dulu." Para suster itu mendorong bankar tersebut ke dalam ruangan persalinan.

Laut yang sedari tadi memperhatikan dari jauh langsung mengambil handphone di sakunya, ia harus mengabari istrinya di rumah.

Laut langsung mengirim pesan kepada sang istrinya. Ia membuka aplikasi hijau dan memencet room chat istrinya yang tidak diarsipkan.

_______________________________

Anda:

Assalamu'alaikum Umi
Umi harus ke rumah sakit Harapan
Abah, sekarang. Rain sepertinya mau
melahirkan.

_______________________________

Pesan itu terkirim, namun belum ada tanda-tanda istrinya membalas pesan tersebut.

TANAH SUCI (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang