6. Tak Apa?

98 10 3
                                    

"Eonnie, bungkuslah untuk putramu ya?" Ucap Sabrina pada Soohye.

"Aku sudah makan banyak, Sabrin-ah. Masa dibawa pulang juga."

"Tak masalah eonni, lagian aku cuma tinggal sendiri. Mana bisa menghabiskan ini."

"Kau bungkuskan saja untuk Yoongi. Sepertinya dia masih mau." Ucap Soohye yang dibalas anggukan oleh Yoongi.

"Benar, bungkuskan untukku." Ucap laki-laki itu tanpa malu. Padahal sekarang dirinya juga sedang menyantap makanan buatan Sabrina.

Setelah berputar di sekitar agensi namun tidak menemukan restoran yang cocok, mereka memang memutuskan untuk masak saja. Berakhirlah ketiganya di apartemen kecil Sabrina.

Awalnya mereka akan ke apartemen Yoongi, namun di sana sedang ada Taehyung dan Hoseok. Karena malas dengan kehebohan, Yoongi meminta untuk ke apartemen Sabrina saja.

"Kau mau kembali kapan, Suga-ssi?" Yoongi mendengkus karena merasa terusir.

"Kau memanggilku sangat sopan bahkan dengan nama panggungku tapi ucapan dan tingkahmu beda sekali, Sabrin-ah." Kata Yoongi mendongak untuk menatap Sabrina yang duduk di ranjang bersama Soohye. Sementara dirinya lesehan di lantai beralaskan karpet seperti terakhir kali dirinya kesini.

Sabrina balas menatap tak suka saat Yoongi memanggilnya begitu. Sok akrab sekali.

"Lalu aku harus memanggilmu bagaimana? Yoongi-ah, begitu?" Ucap Sabrina setengah menggerutu.

"Tak terlalu buruk. Yang jelas berhentilah memanggilku Suga. Kita bahkan tidak sedang bekerja." Ucap Yoongi sedikit ketus.

"Maksud Yoongi, dia hanya ingin menjadi laki-laki biasa jika tidak sedang bekerja. Bukan Suga BTS. Jika kau terus memanggilnya Suga, itu membuatnya merasa harus stand by menjadi idol yang dituntut sempurna." Jelas Soohye tanpa diminta. Sabrina baru menyadarinya. Pantas saja kebanyakan staf senior di agensi memanggil mereka dengan nama asli.

"Ah, maaf kan aku kalau begitu Yoongi-ssi."

Karena selama ini, Sabrina hanya ingin profesional. Jadi ia selalu memanggil member dengan nama panggung mereka.

Setelah selesai makan dan membungkus sisanya untuk Yoongi. Mereka berpamitan pulang.

"Terima kasih, Sabrin-ah. Ayo keluar bersama lain kali, jangan bersama laki-laki ini." Ucap Soohye melirik Yoongi.

"Tentu eonni. Senang bisa berkenalan denganmu." Kata Sabrina dengan senyum manis.

"Kau menyukainya kan, Yoon?" Tanya Soohye dalam perjalanan menuju rumahnya. Yoongi yang menculiknya untuk makan bersama Sabrina, tentu laki-laki itu bertanggung jawab mengantarkannya pulang.

"Tidak bisa, noona. Terlalu banyak perbedaan."

"Aku tidak bertanya kalian berkencan atau bukan. Tapi yang ku tanyakan soal perasaanmu. Kau menyukainya, Yoongi-ah." Jelas Soohye yang tak bisa dibantah.

"Aku setuju dengan yang ini." Lanjut wanita yang sudah Yoongi anggap sebagai kakak itu.

"Sudah kubilang, tidak bisa noona."

"Kenapa pesimis sekali? Mana Min Yoongi yang ambisius?"

"Keyakinannya tidak memperbolehkan dia menikah dengan orang sepertiku, noona." Ungkap Yoongi dengan raut frustasi.

"Karena kau tidak percaya Tuhan sedangkan dia punya Tuhan?" Yoongi mengangguk membuat Soohye terdiam.

"Semuanya terlalu sulit, noona. Dia tidak berkencan, bahkan pergi hanya berdua denganku pun tak bisa, makanya aku memintamu ikut tadi. Dia punya batasan cukup rumit dalam berinteraksi dengan lawan jenis, noona."

AMBIVALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang