10. Entahlah

100 12 0
                                    

"Noona aku sungguh minta maaf. Harusnya aku tidak ceroboh untuk membantumu kemarin."

Sabrina menggeleng.

"Bukan salahmu, Jungkook. Aku yang akan berterima kasih karena kau sampai memberi klarifikasi lewat siaran langsungmu. Terima kasih ya."

"Itu sudah seharusnya, noona. Sebagai ucapan maaf, ayo aku traktir makan di kantin bawah." Sabrina tampak menimbang, ia memang berniat ke kantin tadi. Tapi apa tidak masalah jika pergi bersama Jungkook? Harusnya sih tidak masalah karena mereka hanya akan pergi ke kantin perusahaan.

"Memang syutingmu sudah selesai?" Pemuda itu mengangguk.

"Baiklah,"

"Kau tau, Yoongi hyung sangat khawatir kemarin. Dia yang mengusulkan padaku untuk melakukan siaran langsung." Ucap Jungkook di sela perjalanan mereka menuju kantin.

"Yoongi yang menyuruhmu?" Jungkook tampak terkejut kemudian menggeleng heboh.

"Bukan, maksudnya, aku menghubungi Yoongi hyung untuk minta saran. Karena aku merasa tidak enak dengan noona. Hyung menyarankan untuk bicara dengan ARMY, jadi aku menyalakan siaran langsung kemarin."

"Terima kasih, aku menonton siaranmu kemarin. Kau tampak bijak dan keren."

"Yak noona kau mulai menyukaiku? Aku sudah punya pacar, kau dengan hyungku saja." Sabrina mendengkus.

"Aku hanya memujimu, Jeon. Kalau dibandingkan awal-awal debut dulu, sungguh kau sudah jauh lebih dewasa sekarang." Kata Sabrina seperti seorang yang lebih tua yang mengamati perkembangan adiknya. Padahal jika kalian lupa, Sabrina beberapa tahun lebih muda dari Jungkook. Mungkin karena ia sudah mengikuti BTS sejak awal debut sampai sekarang, Sabrina jadi merasa tumbuh bersama BTS.

"Tentu saja, aku sudah hampir 30 kalau noona lupa."

Lalu, sepertinya Sabrina sudah pasrah jika pemuda di sampingnya ini memanggilnya noona meski dirinya lebih tua dibanding Sabrina.

"Ya, kau memang sudah dewasa."

"Kalau menurut noona sudah cocok jadi suami belum?" Sabrina menatap Jungkook. Menemukan sorot berharap dari sana.

"Kau sudah berpikir untuk menikah ya?" Jungkook mengangguk ragu.

"Ini rahasia, aku baru mengatakannya pada noona dan Yoongi hyung."

"Itu bagus, Jungkook. Kenapa ragu begitu? Bukankah memang wajar seusiamu untuk menikah."

"Ya, tapi kekasihku masih ragu untuk melangkah kesana, noona. Dia lebih tua dariku, jadi sering menganggapku belum cukup dewasa untuk menikah." Sabrina bisa menangkap kekecewaan dari raut Jungkook.

"Dewasa bukan soal usia, Jeon."

"Aku tau, tapi aku juga sadar sih kalau masih sering kekanakan dan susah mengatur emosi." Sabrina mengangguk tanpa sadar.

"Benar juga," tanggapan itu membuat Jungkook menatap Sabrina kecewa dengan terang-terangan.

"Tapi ku pikir kau bisa menempatkan diri dengan baik, Jungkook. Kau tau kapan harus bersikap kekanakan dan kapan harus menjadi dewasa."

"Terima kasih telah menghiburku, noona."

"Yak, aku bukan membual untuk menghiburmu. Kau bisa bicarakan baik-baik dengan kekasihmu dulu, karena memang menikah tidak sesederhana itu. Mungkin dia punya kekhawatiran yang membuatnya ragu untuk melangkah lebih jauh." Jungkook mengangguk, sepertinya pemuda itu juga sudah memahaminya.

"Sepertinya dia akan senang jika bertemu denganmu."

Sabrina jadi teringat. "Kejadian di bandara kemarin? Kekasihmu tidak apa-apa?" Tanya Sabrina khawatir, ia tidak mau menyebabkan pertengkaran dalam hubungan Jungkook.

AMBIVALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang