16. After Party

88 10 2
                                    

"Kau datang nanti malam Sabrin?" tanya salah satu rekan kerjanya.

"Datang kemana?"

"After party. Semua staf boleh datang." Benar, ia lupa soal after party nanti malam.

Ia boleh tidak datang, kan? Disana mereka hanya akan dugem dengan musik kencang dan minum-minum. Walaupun bisa minta air mineral dan jus jika ingin.

"Sepertinya aku tidak datang. Aku tidak bisa minum."

"Ah, aku paham, tapi kau bisa menikmati pestanya jika inigin." Sabrina tersenyum dan menggeleng.

"Kalian saja nikmati pestanya. Mumpung akhir pekan, bersenang-senanglah."

***

Sabrina merasa aneh karena lorong yang biasanya ramai kini terlihat sepi. Tampaknya semua orang sedang menikmati pesta di lantai atas. Kapan lagu satu perusahaan mengadakan pesta bersama. Sepertinya pesta malam ini tidak lagi menjadi after party family concert tapi sudah seperti pesta perusahaan.

Ia berpikir, haruskah dirinya langsung pulang saja? Tapi ia sedang malas pulang. Ia ingin mendapat ketenangan, mungkin dari melihat langit malam kota. Jadi ia memutuskan pergi ke rooftop.

Sepi. Walau biasanya juga sepi sih jika malam hari begini.

Sabrina duduk di bangku dekat pembatas. Mengamati langit malam Seoul yang tanpa bintang. Lalu melihat ke bawah, suasana malam perkotaan yang penuh cahaya. Pemandangan yang berkebalikan. Langit gelap tanpa bintang dan kelap kelip lampu perkotaan.

"Kau akan sulit menemukan bintang jika melihatnya disini." Sabrina menoleh saat mendengar ucapan itu. Ada Yoongi yang sekarang berjalan mendekat ke tempatnya duduk. Sabrina menggeser duduknya, memberi jarak apapila Yoongi nanti berniat duduk juga.

"Kau tidak ikut after party?" tanya Sabrina saat Yoongi justru memilih bersandar di pagar pembatas.

"Aku tidak suka keramaian, juga aku tidak bisa minum." Ucap Yoongi yang sekarang menatap ke depan, membelakangi Sabrina.

Sabrina memikirkan perkataan Yoongi. Apa pemuda itu merasa kesulitan dengan keyakinan yang dianut sekarang? Karena ada bebagai hal yang harus Yoongi tinggalkan sejak masuk Islam. Salah satunya, tradisi minum-minum dengan rekan kerja. Apalagi bagi seorang idol, pasti sulit menghindari acara-acara seperti yang sedang berlangsung di lantai bawah mereka bukan?

Yoongi memang sudah lama tidak minum, Sabrina tahu itu. Tapi pemuda itu sesekali menyesap minuman beralkohol sebagai formalitas jika ada dalam acara-acara tertentu. Tapi sekarang Yoongi harus benar-benar meninggalkannya.

"Yoongi."

"Hm?"

"Apa kau mengalami kesulitan?"

Yoongi menoleh ke arah Sabrina. "Kesulitan apa?"

"Karena menjadi muslim mungkin."

Yoongi tersenyum, walau gelap Sabrina bisa melihatnya.

"Ya, ada banyak hal baru yang aku hadapi. Jujur, pada awalnya aku sangat kesulitan, tapi semakin kesini aku mulai bisa mengatasinya. Dan aku tidak pernah menyesali keputusanku." ucap Yoongi membuat Sabrina lega.

"Maaf."

"Kenapa minta maaf? Aku yang memutuskan masuk islam, aku tahu konsekuensinya. Meski aku tidak mengira akan sesulit ini di awal, tapi ini semua keputusanku. Aku tidak menyesalinya Sabrina. Karena bersama kesulitan ini entah bagaimana aku justru mendapatkan ketenangan, sesuatu yang aku cari selama ini." Sabrina terdiam.

"Aku justru harus berterima kasih kepadamu." Kali ini ia mengangkat kepalanya, menatap Yoongi yang juga menatap ke arahnya.

"Terima kasih sudah membuatku tertarik pada Islam. Terima kasih telah membantuku mempelajari agama kita. Juga membantu agar bisa melewati kesulitan ini."

AMBIVALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang