5. Mustahil

105 10 2
                                    

Sabrina mengernyit saat ada sebuah kotak kecil keluar dari tas yang ia lempar ke kasur bersamaan dengan barang-barang lainnya.

"Ini kotak apa?" Tanyanya pada diri sendiri. Setelah mengingat-ingat ia baru sadar itu pemberian Yoongi beberapa hari yang lalu.

Saat dibuka, matanya melotot karena menemukan sebuah gelang dengan merek ternama. Takut-takut Sabrina membuka laman internet untuk mencari tahu berapa kira-kira harga barang itu. Saat menemukannya, ia menahan napas. Gajinya satu tahun bahkan tak cukup untuk membelinya.

Maka yang dilakukan Sabrina sekarang adalah mencari kontak Yoongi dan menelpon laki-laki tidak waras itu.

"Yoboseyo?" Sahut suara serak di sebrang sana. Mungkinkah Yoongi masih tidur? Bisa jadi karena ini masih jam 5 pagi.

"Suga-ssi maaf mengganggu waktumu."

"Sabrina?" Tanya Suga yang sepertinya baru sadar.

"Iya,"

"Ada apa? Kau akhirnya memberikan 5% itu?"

Sabrina tak tahan untuk mendengkus.

"Bukan. Aku baru membuka pemberianmu kala itu." Sabrina menjeda, menunggu respons Yoongi.

"Lalu?"

"Yak, kau gila! Bagaimana bisa kau memberikan barang semahal itu? Kau salah beri kan? Itu harusnya untuk Ibumu atau kekasihmu, bukan?"

Sabrina bisa mendengar kekehan Yoongi, membuatnya semakin kesal.

"Sabrina," panggil Yoongi setelah selesai dengan kekehannya.

"Ya?"

"Itu untukmu, saat melihatnya aku mengingatmu jadi ku beli. Aku juga memberikan untuk ibuku dengan model serupa. Dan aku tak punya kekasih." Jelas Yoongi membuat Sabrina hampir terlena. Tidak, jangan bawa perasaan. Yoongi terlalu jauh untuk diraih, batin Sabrina menahan diri.

"Aku tak bisa menerimanya, Suga-ssi. Gajiku setahun bahkan tak bisa membayar gelang itu."

"Aku memberikannya bukan menyuruhmu menyicilnya, Sabrina."

"Itu dia masalahnya! benda ini terlalu mahal, Suga-ssi. Untuk memakainya saja aku akan ketakutan." Ucap Sabrina tak mengada. Ia memang tak bisa membayangkan jika mengenakan barang semahal itu. Bisa-bisa ia tak mau keluar rumah, takut gelangnya lecet atau kotor, lebih parahnya jika dijambret.

"Aku bisa membelikannya lagi jika hilang atau rusak."

"Yak! Aku tau kau kaya raya. Tapi gunakanlah uang hasil kerja kerasmu untuk sesuatu yang berguna. Aku sungguh tidak bisa menerimanya. Apa kau ke kantor nanti? Akan ku kembalikan."

"Aku ambil libur hari ini. Jika kau mau mengembalikannya ke apartemenku saja."

"Tidak bisakah kau ke kantor sebentar untuk mengambilnya?"

"Malas," sahut Yoongi tanpa dosa.

"Yoongi-ssi, kumohon."

"Sudahlah, simpan saja. Atau kau jual juga tak apa jika kau tak menyukainya."

"Bukan tak menyukainya. Ini hanya terlalu berlebihan untukku. Aku tak pantas mene-"

"Jangan merendahkan dirimu sendiri," potong Yoongi cepat.

"Mengertilah, aku sungguh tak bisa menerima ini. Kita hanya rekan kerja, Suga-ssi, aku tak mau menimbulkan masalah."

Yoongi berdecak saat Sabrina menyadarkan posisi mereka.

"Ya sudah kalau kau mau mengembalikannya datang sendiri ke apartemenku." Ucap Yoongi sebelum menutup sepihak panggilan itu.

"Yak! Min Yoongi sialan. Merepotkan saja!"

AMBIVALENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang