ZMA 7 [Khitbah.]

600 20 2
                                    

Follow akun instagram author: wp.aydya_11

Jangan lupa vote, karena vote dari kalian adalah semangat bagi para author💚

●●●

Seorang pemuda keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang utama, yang dimana sudah ada kedua orangtuanya. Tadi ia di panggil oleh sang umi untuk ke ruang utama, entah apa yang akan di bahas.

Zaidan mendaratkan bokongnya di sofa, ia tersenyum kecil menatap kedua orangtuanya agar tidak grogi.

"Ada apa, umi, abi?"

"Umi sama abi sudah membicarakan tentang perjodohan ini dengan orang tua jodoh kamu. Dan Alhamdulillah dia menerima perjodohan ini." sahut umi Hani menjelaskan.

Zaidan mengangguk kecil. Entah kenapa dihatinya seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan saat mendengar jawaban tersebut.

"Alhamdulillah." ucap Zaidan mengucap kalimat hamdalah.

"Dan besok kita kesana untuk meng khitbah dia." ujar sang abi.

Kedua mata umi Hani melotot mendengar perkataan suaminya. Bukankah perjanjiannya dua hari lagi? Tapi, ini...

"Abi! Yang benar aja." sarkas umi Hani yang tidak percaya dengan perkataan sang abi.

Abi Jafar menatap istrinya sambil mengangkat sebelah alisnya. Umi Hani yang melihat ekspresi suaminya pun mendecak kesal, ia memutar bola matanya malas dan lebih baik menatap anaknya daripada sang suami.

Abi Jafar terkekeh kecil lalu kembali menatap anaknya. "Siap, nak?"

Zaidan mengangguk. "InsyaAllah, Zaidan siap untuk meng khitbah gadis itu."

Abi Jafar melirik istrinya. "Liat, anaknya aja siap. Udah, lebih cepat lebih baik umi."

Umi Hani memutar bola matanya malas. "Beneran kamu siap, Zai?"

Zaidan mengangguk mantap. "Iya umi, Zaidan siap."

"Alhamdulillah.."

°°°°

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Sebentar!" pekik seorang anak laki-laki yang berlari menuju pintu utama untuk membukakan pintu.

Farel menatap seorang pria paruh baya dengan sorban yang tersampir di bahunya, seorang wanita paruh baya dengan jilbab yang panjang, dan seorang laki-laki bertubuh tegap memakai koko putih serta sarung bewarna hitam.

"Assalamu'alaikum, nak."

Farel mengerjap matanya, "Wa'alaikumussalam, ustadz. Mau ketemu siapa?" tanya Farel memanggil abi Jafar dengan embel-embel 'Ustadz'.

Abi Jafar tersenyum mendengar panggilan dari anak kecil itu. "Usman ada?"

Farel menggeleng. "Ayah Usman lagi ke restoran sebentar. Ayok masuk dulu, Farel panggilkan bunda Gea." Farel membuka lebar pintu utama untuk tamunya masuk.

Umi Hani mendecak kagum dengan perilaku sopan Farel. Zaidan, laki-laki itu sedari tadi terus memasang raut wajah datar, sebenarnya ia sedang tersenyum kecil melihat perilaku Farel tadi. Hanya saja senyuman nya sangat kecil, hingga tidak terlihat.

"Duduk dulu." Farel berlari menuju dapur untuk memanggil sang bunda.

Tidak lama kemudian, terlihat seorang wanita cantik tidak terlihat keriput, meski umurnya yang sudah tua. Ia datang bersama Farel sambil tersenyum menatap tamunya.

ZMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang