ZMA 20 [Panggilan Khusus.]

722 33 3
                                    

Follow akun instagram author: wp.aydya_11

Jangan lupa vote, karena vote dari kalian adalah semangat bagi para author💚

●●●


Di tempat parkir ndalem disana sudah ada kyai Jafar dan umi Hani yang menunggu kedatangan menantu dan anaknya. Mereka tahu bahwa hari ini menantunya akan kembali ke kota D untuk bekerja, awalnya mereka ingin menolak tetapi mereka merasa tidak punya hak dan lagipula Zaidan menyetujuinya.

Tidak lama kemudian pasutri tersebut datang dengan membawa koper yang berada di genggaman Zaidan serta tas selempang yang di berada di bahu gadis itu.

Mobil milik gadis itu sudah di panaskan oleh abi Jafar sebelumnya, abi Jafar pun meminta izin kepada menantunya dan Raffa menyutujuinya jika tidak menyusahkan ayah mertuanya.

Zaidan membuka bagasi roda empat tersebut dan memasukkan koper milik istrinya lalu menutupnya kembali. Sedangkan Raffa mengecup punggung tangan umi Hani.

"Umi, Raffa pamit dulu ya?" kata Raffa yang kini sedang berada di pelukan umi Hani.

Umi Hani mengangguk dan satu tangannya terangkat mengusap punggung menantunya.

"Jaga diri disana, jaga kesehatan, jaga sholat ya, nak."

Raffa mengangguk mantap. "InsyaaAllah umi."

Umi Hani melepaskan pelukan mereka dan mengusap air mata yang akan mengalir bebas di pipinya. Sedangkan Raffa kini mengecup punggung tangan abi Jafar, tentu abi Jafar membawa menantunya ke dalam pelukannya karena menantu dan mertua ialah mahram.

Abi Jafar melepaskan pelukan mereka setelah melirik anaknya, ia tersenyum kepada menantunya. "Jangan tinggalkan sholat, nak. Dan tinggalkan yang buruk."

Raffa mengangguk mantap dan berjalan ke arah suaminya, ia mengecup punggung tangan suaminya lalu mendongak untuk menatap suaminya yang kini sedang menatapnya dengan tatapan teduh.

Raffa memeluk Zaidan dengan erat seakan melepaskan rindu mereka nantinya. Tangan lelaki itu terangkat dan mengusap punggung istrinya.

"Kerjakan yang wajib, jaga kesehatan, jaga pergaulan." kata Zaidan yang merasakan baju kokonya mulai basah akibat air mata istrinya.

Raffa mengangguk dalam pelukan suaminya, rasanya ia tidak mau kembali ke kota D dan ingin bersama dengan suaminya, tapi apa boleh buat.

Zaidan melepaskan pelukannya dan jari jempolnya bergerak untuk menghapus air mata sang istri. "Jangan nangis, saya tidak suka melihat mata kamu sembab." katanya.

Raffa tersenyum simpul, "Aku berangkat ya?"

Zaidan mengangguk kecil. Kini gadis dengan jas dokternya berjalan menuju kendaraan roda empat yang akan ia kendarai menuju kota D.

Mata Zaidan tidak luput dari pandangan istrinya hingga mobil yang di kendarai istrinya menghilang dari gerbang pesantren. Zaidan menghela nafas kasar.

Umi Hani melihat anaknya yang terus menatap ke arah gerbang menjadi iba, ia mengelus punggung putranya. "Umi ke dalam dulu ya? Mau masak."

Zaidan menoleh lalu mengangguk. Sepeninggal umi Hani, abi Jafar berjalan lalu menepuk pundak anaknya.

"Anakku Zaidan. Jika kamu merasa berat hati, katakan pada istrimu. Kamu berhak dan kamu suaminya." Setelah mengatakan itu abi Jafar masuk ke dalam ndalem mengikuti sang istri.

Zaidan menunduk, lagi-lagi laki-laki itu menghela nafasnya.

"Tapi saya takut menyinggung hatinya."

°°°°°

ZMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang