ZMA 11 [Pesantren.]

693 22 0
                                    

Follow akun instagram author: wp.aydya_11

Jangan lupa vote, karena vote dari kalian adalah semangat bagi para author💚

●●●

Setelah membereskan semua pakaian yang akan di bawa ke pesantren, gadis yang bernama Raffa itu kini sedang mengotak-atik ponselnya, yang pasti ia sedang mengabari sahabatnya bahwa hari ini ia akan pindah ke pesantren.

Zaidan mengetuk pintu kamar tanpa membuka pintu tersebut, "Sudah?" ucapnya dari luar kamar.

Raffa memutar bola matanya malas, ia masih marah ya tentang Zaidan yang memberitahu kenapa dahi nya benjol.

Raffa membuka pintu kamar dan menampilkan seorang pria bertubuh tegap memakai gamis putih berada di depan pintu. Raffa mendongak untuk menatap wajah Zaidan yang menatap lurus ke depan.

Mata Raffa tidak kedip melihat ketampanan suaminya. Dengan rambut yang berantakan, rahang tegap, hidung mancung, bulu mata lentik, di tambah gamis putih yang ia pakai, membuat kesan pria itu semakin tampan.

"Edan, ganteng banget." celutuk Raffa tanpa sadar.

Zaidan menggeleng kecil dan berbalik membelakangi Raffa. "Cepat, sudah terlambat." setelah mengatakan itu, Zaidan berjalan mendahului Raffa.

Raffa mengerjap lucu, ia menunduk sambil melihat koper yang masih berada di tangannya. "Lah, bukannya di bawain, malah ninggalin gitu aja?"

Raffa menghela nafas panjang dan mulai menuruni anak tangga, "Punya suami kaga peka."

°°°°

Raffa mengecup punggung tangan sang ayah, "Raffa pamit ya, ayah."

Ayah Usman mengangguk dan mengusap puncak kepala anaknya. Kini tanggung jawabnya berkurang, karena tanggung jawab anaknya kini beralih kepada suaminya, Zaidan. Dan hanya bunda Gea yang menjadi tanggung jawabnya.

"Jaga sikap nak." bisik ayah Usman.

Raffa tersenyum kaku lalu mengangguk kecil. Ia berjalan mendekati bundanya lalu mengecup punggung tangan sang bunda, "Raffa pamit ya, bun."

Bunda Gea mengangguk dan langsung membawa anaknya ke dalam pelukannya.

Sedangkan di posisi Zaidan, ia mengecup punggung tangan ayah Usman. Ayah Usman menepuk pundak menantunya. "Zaidan, dia masih butuh bimbingan. Raffa paling tidak suka jika di bentak."

"Dan ayah minta sama kamu, kalo dia buat kesalahan jangan di bentak, tapi nasehatin dia baik-baik."

Zaidan mendengarkan penuturan ayah Usman lalu mengangguk. "Iya ayah, insyaallah."

Ayah Usman mengangguk. Pelukan bunda Gea serta Raffa terlepas, bunda Gea mengecup kening anaknya, "Jaga kesehatan, dan ingat kewajiban kamu sebagai istri, nak."

"Iya bun."

Zaidan mengecup punggung tangan bunda Gea. Raffa berjalan mendahului Zaidan menuju mobil, "Zaidan pamit, bunda, ayah."

"Assalamu'alaikum." Zaidan berjalan menyusul Raffa ke dalam mobil.

"Wa'alaikumussalam."

Tin!

Mobil hitam milik Zaidan mulai melaju meninggalkan kediaman rumah ayah Usman.

"Semoga Zaidan bisa menjaga Raffa dengan baik." ucap bunda Gea tanpa sadar. Ayah Usman menoleh dan merangkul bahu istrinya.

°°°°°

Di dalam perjalanan yang sangat sepi dan tidak ada yang membuka suara, baik Raffa maupun Zaidan fokus pada aktivitas masing-masing. Zaidan fokus menyetir dan Raffa yang fokus menatap jalan raya hingga tertidur.

ZMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang