DAPAT 123 Vote dalam 24 jam, UPDATE LAGI Selasa.
Kalau enggak, ya sampai jumpa Rabu!
Makin kacau emang ritme menulis Shirei. Ahahaha
Doakan istiqomah bisa bagi waktu dengan baik antara sekolah anak-anak dan nulis, ya....
Mendengar pertanyaan tentang kemungkinan Adnan akan menyulik Daffa, Bram kehilangan semua keramahannya. Pria itu menggigit geraham berusaha menekan turun semua kobaran yang tiba-tiba menyala di hatinya.
Namun, Bram seorang profesional. Dengan segera dia bisa menetralkan ekspresinya. "Saya akan menjamin Pak Adnan tidak akan bisa melakukan itu." Bram menyembunyikan tangan yang mengepal di balik punggungnya. "Kalaupun sampai Daffa menghilang, mungkin kita semua sudah punya tersangka utama, bukan?" Senyum tipis tersemat di wajahnya.
"Tapi, kenapa Anda tidak mengizinkan ayah kandungnya memiliki jadwal privasi bersama dengan Daffa seperti pada pasangan yang bercerai lainnya?"
Lagi-lagi ekspresi serius dikeluarkan Bram. "Menurut Anda sekalian, apa dengan sikap ayahnya yang seperti itu, saya mau menanggung risiko untuk membiarkan mereka berdua saja?" Dia kembali tersenyum. "Saya mengizinkan dia datang ke rumah Keluarga Bimantara untuk bertemu Daffa. Namun, kalau dia mau berdua saja, tidak akan pernah saya izinkan."
Tidak ada pertanyaan sesudahnya. Para wartawan sudah bisa menebak bahwa posisi Adnan sangat lemah kali ini. Dia telah begitu kasar dan mengeluarkan banyak ancaman pada Bram dan Raya. Akan sangat berisiko Daffa tidak akan kembali jika dibiarkan bersama Adnan.
Rencana yang disusun Bram sukses besar. Adnan setidaknya tidak akan berani mendekat untuk beberapa waktu.
Namun, badai tidak semudah itu pergi. Apalagi pencetusnya adalah orang keras kepala yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang dimau.
Ya ... melakukan apa pun sekalipun itu melanggar hukum dan norma.
Akhirnya, acara yang melelahkan itu pun berakhir. Raya sudah berada di kamarnya dengan segunung kado dan dua brankas berisi uang hadiah pernikahan.
Raya membuka kadonya satu per satu dengan hati-hati. Setiap benda, kardusnya dia tulisi dengan spidol permanen siapa pemberinya, memotretnya, lalu memasukkannya ke dalam excel untuk kemudian berusaha mengingat-ingatnya saat senggang. Itu adalah satu cara baginya untuk berterima kasih. Kelak jika bertemu, dia akan bercerita bagaimana benda pemberian mereka telah sangat bermanfaat. Mengingat pemberian seseorang adalah sebuah bentuk penghargaan sederhana yang bisa dia lakukan pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang Janda
Spiritual[21+] Adnan meminta Raya melahirkan anak pertama laki-laki. Raya menyetujuinya dengan santai. Akan tetapi, perjanjian itu ternyata berakibat fatal karena Raya kini mengandung anak perempuan. Ketika Adnan menjatuhkan talak dan akan menceraikan Raya...