Kisah Sebelumnya
Seringai dingin yang jarang muncul di wajah Bram, kembali menghias. Kali ini terlihat lebih kejam dan licik.
"Raya, jika aku memberi sedikit pelajaran pada mantan suamimu di sini, kuharap kamu nggak keberatan."
Raya bahkan belum sempat menjawab ketika Bram bergerak menjauh sedikit dari posisinya semula.
Raya terpana mendengar kalimat yang diucapkan Bram padanya. Dia ingin memberi Adnan pelajaran? Dengan apa? Bahkan wanita itu belum sempat menjawab ketika Bram bergerak menjauh sedikit dari posisinya semula.
Genggaman tangan Raya ke gaunnya menguat. Adnan datang dengan pakaian cukup rapi dan formal. Kemeja batik cokelat, serta celana dan sepatu hitam menjadi pilihan pria itu. Namun, rambut yang biasanya dibiarkan bebas, kini diberi gel ke belakang hingga menampakkan raut wajah yang garang.
"Raya! Apa-apaan ini?!" Adnan naik dan hendak menuju tempat Raya berdiri, tapi Bram dengan sigap menghalangi langkahnya.
"Anda tidak boleh mendekati istri saya. Kami sudah sah menjadi suami-istri secara agama minggu lalu." Suara dingin dan mengerikan terdengar. Bram berdiri gagah dengan kedua tangan siaga di sisi tubuh. Saat itu Adnan baru menyadari hadirnya sosok yang luput dari perhatiannya sedari tadi.
"Oh, jadi kamu selingkuhannya Raya?" Adnan mencebik sinis.
"Anda salah. Raya tidak pernah berselingkuh." Bram melontarkan tatapan dingin dan senyum tipis yang justru terlihat mengerikan. "Saya melamarnya setelah Anda menceraikannya. Masa iddah membuat saya harus sabar menunggu hingga hari ini."
Adnan tertawa terpingkal-pingkal. "Kamu pikir aku bodoh mau mempercayai itu?!" Pria itu menyugar rambutnya sebelum menarik napas dan berseru. "RAYA YANG MEMINTAKU UNTUK BERCERAI!"
Seluruh ruangan mendadak menjadi hening. Spekulasi berjejalan di kepala masing-masing tamu, tapi tak seorang pun berani mengatakannya dengan gamblang. Apa benar Raya berselingkuh dengan Bram hingga mengajukan cerai? Lalu kenapa justru Daffa adalah anak mantan suaminya?
"Begitu?" Bram terlihat sangat tenang dan tidak terpengaruh terhadap teriakan Adnan. "Kira-kira, apa alasan Raya menggugat cerai?"
"Mana kutahu! Dia wanita nggak tahu diuntung! Sudah disuruh enak tidak perlu bekerja, semua fasilitas mewah disiapkan, masih juga selingkuh! Dia memang wanita rendah yang menjual diri demi mencari ikan yang baru, ya?" Tawa sumbang Adnan terdengar. "Karena itu, dia tidak berhak terhadap anak laki-lakiku! Aku yang paling pantas menjadi orang tuanya!" Adnan bersedekap dan menatap sinis.
Bram kehilangan senyum tipisnya. Jemarinya perlahan mengepal, tapi bergegas dimasukkan ke dalam saku celananya sebelum menoleh dan tersenyum lembut pada Raya di belakangnya. "Raya, katakan padanya kenapa kamu mengajukan cerai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
END Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang Janda
Spiritual[21+] Adnan meminta Raya melahirkan anak pertama laki-laki. Raya menyetujuinya dengan santai. Akan tetapi, perjanjian itu ternyata berakibat fatal karena Raya kini mengandung anak perempuan. Ketika Adnan menjatuhkan talak dan akan menceraikan Raya...