Bab 28 - Wajah yang Mirip Mantan

4.1K 446 146
                                    

Nggak ada yang sadar, Shirei salah ngasih nomor dan judul Bab, ya? Hihi Shirei juga baru ngeh pas mau upload

Nggak ada yang sadar, Shirei salah ngasih nomor dan judul Bab, ya? Hihi Shirei juga baru ngeh pas mau upload

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga makin ramai yang baca. Mungkin lagi sakit, jadi agak ga semangat mau ngapa-ngapain. T_T Apalagi revisi tuh berat daripada nulis baru.

Sekarang nggak narget vote dulu, deh. T_T

Kupandang bentuk bibirnya yang tipis di bagian atas dan bervolume di bagian bawah sungguh khas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kupandang bentuk bibirnya yang tipis di bagian atas dan bervolume di bagian bawah sungguh khas. Hidungnya pun mancung. Tidak seperti milikku yang mungil. Aku menelan liur dengan pahit.

Ya, bagaimanapun juga, dia memang anak Mas Adnan. Wajar kalau mirip papanya, bukan? Namun, hati kecilku yang lain berontak berharap kalau wajah anakku lebih mirip diriku daripada papanya.

Mungkin, jauh dari lubuk hatiku aku sadar kalau ada sejumput cemas menggetarkan keyakinan bahwa Mas Bram bisa menerima bayi ini jika wajahnya mirip mantan suamiku. Ataukah mungkin melihat bayi ini, aku akan kembali teringat pada kenangan indah bersama Mas Adnan?

Bukankah setan selalu berusaha membisiki kepala dan hati manusia? Agar aku kembali goyah, agar aku kembali ragu atas keputusan yang kubuat sendiri.

Namun, bayi yang belum memiliki nama ini termasuk bayi yang tenang. Hanya menangis sedikit langsung terdiam jika kususui. Alhamdulillah ASI-ku meski tak banyak mengalir sedikit-sedikit. Toh, bayi usia di bawah tujuh hari memang hanya butuh sedikit ASI. Itu yang kubaca dari artikel-artikel di internet. Asal aku rajin menyusui dan memompa, InsyaAllah akan semakin deras.

Sejak hamil anak pertamaku, aku banyak belajar soal meng-ASI-hi. Kalau bayi menangis terus padahal sudah tidak mau menyusu, mungkin kolik, bukan karena ASI-ku sedikit. Aku harus percaya diri agar ASI makin lancar. Pikiranku harus terus positif dan makan yang banyak. Tidak usah pilih-pilih. Asal tidak terlalu asam atau pedas, Insyaallah aman. Bukan karena ASI-ku akan pedas, tapi khawatir aku malah diare dan susunya jadi seret.

Dokter spesialis anak visit pukul sembilan dan mengatakan kalau bayiku dalam kondisi yang sangat baik. Tidak terlihat ada tanda-tanda permasalahan bayi prematur. Aku mengucap syukur sebanyaknya.

END Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang