Jangan bosen dg request vote, yaaa. Heheheh
DAPAT 123 Vote dalam 24 jam, UPDATE LAGI Senin.
Kalau enggak, ya sampai jumpa Rabu!
Adnan mengeluarkan ancamannya untuk segera merebut hak asuh Daffa dari Raya.
Jelas itu membuat Raya limbung ke belakang, tapi Mami Lena menahannya cepat. "Jangan dengarkan dia, Raya! Tak seorang pun mampu mengambil hak asuh anak dari ibunya!"
Adnan bersedekap dan memiringkan kepalanya. Senyum sinis terpampang di wajahnya yang sebenarnya tampan jika tidak mengeluarkan ekspresi merendahkan. "Aku sudah memberi kalian kesempatan untuk menjaga Daffa. Namun, lihat yang kalian lakukan!"
"Kamu yang menculiknya, 'kan?!" Raya menjerit.
"Sekali lagi kamu bilang begitu, aku akan menuntutmu dengan tuduhan tak berdasar!" geram Adnan.
Bram memberi kode agar Mami membawa Raya keluar dan menunggu di mobil saja.
"Ayo, Raya. Kita di mobil saja."
Raya memberontak, tapi Bram berbalik dan merengkuh pundak istrinya lembut. "Pergilah ke mobil. Aku nggak pengin kamu sampai pingsan. Biar aku yang mengurus semuanya."
Suara rendah Bram terdengar tenang, tapi getaran di tangannya tak bisa berbohong. Pria itu sedang menahan amarah yang sedang berkobar di dadanya.
Raya pun akhirnya mengangguk pelan. "Tolong, Mas."
Anggukan Bram cukup menentramkan Raya.
"Suamimu nggak akan bisa nolongin kamu, Raya!" Adnan berteriak ketika Raya baru mulai bergerak beberapa langkah. "Enggak akan ada seorang pun yang bisa! Karena aku nggak bersalah!"
Bram memejamkan mata dan menarik napas panjang yang diembuskan perlahan lewat sela-sela gigi yang terkatup rapat. 'Astagfirullah al adziim.... Tenang! Jangan terpancing!' batin Bram berulang. Ketika dia merasa sudah lebih menguasai diri, pria itu berbalik kembali ke arah Adnan.
"Surat penggeledahan sudah siap. Saya harap, kau siap untuk diperiksa." Suara dingin Bram akhirnya keluar.
"Silakan saja. Namun, kamu nggak akan bisa menemukan apa-apa!"
Para Polisi pun bergerak menyusuri setiap jengkal rumah Adnan. Bahkan ponselnya pun diteliti. Tidak ada panggilan mencurigakan baik masuk atau keluar. Tidak ada panggilan selain pada tamu-tamunya.
Perbincangan di whatsapp pun hanya seputar persiapan pesta.
Namun, Bram tetap curiga. Adnan bisa saja memakai ponsel yang berbeda. Sungguh licik! Persiapannya sungguh matang.
Setelah beberapa lama penggeledahan terjadi, polisi akhirnya kembali dengan tangan kosong. Tidak ditemukan barang mencurigakan, apalagi Daffa.
Di mana Daffa disembunyikan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
END Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang Janda
Spiritualité[21+] Adnan meminta Raya melahirkan anak pertama laki-laki. Raya menyetujuinya dengan santai. Akan tetapi, perjanjian itu ternyata berakibat fatal karena Raya kini mengandung anak perempuan. Ketika Adnan menjatuhkan talak dan akan menceraikan Raya...