Bab 36 - Persiapan Adnan

2.6K 242 86
                                    

masih sama DAPAT 123 Vote dalam 24 jam, UPDATE LAGI Kamis.

Kalau enggak, ya sampai jumpa Jumat!

Shirei haid day 1. Tepar......

Laura dengan blak-blakan mengusulkan ingin memakai uang hadiah pernikahan Raya dan Bram untuk membiayai rekreasinya ke Sardinia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laura dengan blak-blakan mengusulkan ingin memakai uang hadiah pernikahan Raya dan Bram untuk membiayai rekreasinya ke Sardinia. Dan tentu saja biaya tidak sedikit. Raya sampai kehilangan kata-kata melihat betapa tegas perkataan istri kakak iparnya itu. Seolah tanpa beban. Tanpa rasa malu yang harusnya dimiliki seseorang yang punya budi pekerti.

Suara kekeh kecil yang terdengar sinis mengudara dengan cepat. Bram berusaha keras untuk tidak menampakkan wajah sinisnya. "Maaf, uang pernikahan kami 100% untuk Raya dan Daffa Dia butuh banyak baju baru karena sekarang dia mengenakan baju yang busui friendly. Kebutuhan Daffa pun banyak. Sekolahnya di masa depan juga butuh banyak biaya. Tidak ada uang untuk sekadar jalan-jalan tidak penting!" Suara Bram meninggi sedikit.

"Apa itu sikap sama kakakmu sendiri?" Laura membalas sengit.

Bram tak memandang Laura dan justru ke arah Reza. "Mas, kalau tidak sanggup bayarin kebutuhan tersier, tolak aja. Kewajiban suami itu untuk menafkahi, dan membimbing istri, bukan untuk memanjakan apalagi menghabiskan uang keluarga dengan cara yang tidak patut!"

Reza tak menjawab dan hanya bisa menelan liur tercekat. Pikirannya langsung kalut. Diaa takut jika menolak keinginan Laura, wanita yang sangat dicintainya itu akan pergi. Ia tak ingin kehilangan Laura. Apa pun akan dilakukannya demi kebahagiaan Laura! Lagipula, Laura benar. Bram harusnya bermurah hati memberikan sedikit hasil pernikahannya. Dulu dia bisa mendapatkan hampir 500 juta. Sekarang pesta Bram lebih besar dan dihadiri lebih banyak orang penting. Harusnya dia bisa dapat lebih dari itu.

"Masa' gitu sikapnya sama kakak sendiri. Kamu 'kan pemilik perusahaan pengolahan ikan terbesar di Indonesia!" Laura masih menatap sinis.

Bram mengedik tak acuh. "Aku hanya mau membantu kebutuhan primer. Di luar itu, ya maaf. Sama sekali bukan tanggung jawabku. Apalagi Mas Reza badannya juga masih sehat dan kuat. Apa salahnya kalau mencoba bekerja di perusahaan?"

"Jadi CEO?" Mata Laura tampak berbinar.

Suara debas terdengar. "Mana bisa. Mas Reza sama sekali nggak punya pengalaman. Manajer purchasing kalau mau."

Kali ini decakan terdengar jelas meluncur dari mulut Laura. "Berapa tuh gajinya? Tiga puluh? Empat puluh? Mana cukup!"

Bram mengeratkan rahangnya dan ingin berteriak kalau gajinya hanya dua puluh lima. Itu pun sudah sangat baik karena Reza harusnya mulai dari UMR karena tidak punya pengalaman bahkan IPK di ijazah S1-nya saja di bawah tiga.

"Lagian, berbagi kebahagiaan dengan kakak sendiri apa salahnya?" Wanita itu mengerling, tapi kecewa karena Bram tidak menatapnya sama sekali saat berbicara. "Kamu sudah kaya raya. Tidak perlu bergantung pada uang sumbangan, 'kan?" Laura kembali mengeluarkan suara menggoda.

END Putra yang Tak Kupunya x Ketabahan Seorang JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang