"Terimakasih soobin"ucap lia setelah nya soobin mengantar lia sampai di halaman depan rumah sakit.
"Terimakasih kembali sudah mau datang dan juga cake nya. Maaf aku tak bisa mengantarmu..". Balas soobin.
"Liaaaa!" Teriak yeji sembari melambaikan tangan nya. Yeji segera berlari menghampiri mereka.
Mendengar itu Kedua nya menengok ke arah datang nya suara.
Lia pun membalas lambaian tangan yeji.
"Kenapa tak memberi tau ku jika kamu berada disini?" Tanya yeji sembari memeluk lia.
"Maaf, sebenarnya aku ingin mengirimi mu pesan, tapi aku takut jika akan mengganggu tugas mu" jawab lia dengan menepuk pundak yeji.
"Ada apa kemari? Sudah lama?"tanya yeji lagi.
"Ini aku hanya kontrol pada dokter soobin, dan sudah selesai hendak jalan pulang." Jawab lia.
"Kontrol? Bukan nya sudah membaik? Terakhir kali aku cek semua sudah benar pulih." Ucap yeji dengan wajah yg dihiasi curiga.
"Atau ada sesuatu di antara kalian yg tidak aku ketahui, wahai soobin?" Tanya yeji langsung melempar pandangan menelisik pada rival nya itu.
"Tenang.. Kami masih sekedar dokter dan pasien, yeji. Dan aku memintanya ke sini hanya untuk melihat luka nya." Jawab soobin dengan santai nya.
Ia berpura pura menutupi gugup atas pertanyaan yeji pada nya.
"Masih? Kenapa kata itu membuat ku merasa aneh, jika masih maka kapan saja bisa berlanjut kan? Huh! kenapa dengan hati ku?"
Tanpa mereka ketahui hati lia sangat berisik sekali. Seketika wajah nya kembali merona. Suhu tubuhnya meningkat. Ia tidak panas, tapi juga tidak demam.
"Oh..? Ada apa dengan wajahmu lia? Kau demam?" Tanya yeji.
Soobin yg mendengar itu kembali menatap lia dengan intens, tanpa sadar bibirnya di tarik ke samping. Senyum simpul terukir di wajah tampan nya membuat bulan sabit di pipi kirinya timbul.
Lia sendiri pun merasa seolah di tarik kedalam jeratan Soobin, saat ia mengangkat pandangan matanya tanpa sengaja jatuh tepat kedalam manik mata soobin. Membuat lia menjadi semakin tertunduk tersipu.
Drrttt drrtt..
"Uh?" Kejutnya. Lia segera merogoh saku celana nya tempat ia menyimpan ponsel nya.
"Kau disini? Baiklah, aku tunggu di HYBE Hospital" jawab lia setelah menerima panggilan bernomor itu.
Soobin bisa melihat pancaran wajah bahagia dari raut wajah lia. Tanpa sadar soobin mengerutkan keningnya dibuat penasaran.
"Siapa yg menelpon nya barusan? Kenapa dia terlihat bahagia sekali.." gugam soobin dalam hatinya.
"Sudah mau pulang lia?" Tanya yeji.
"Iya, maaf aku tak bisa menemani mu, kebetulan tadi hiyyih mengirimi pesan bahwa cafe sedang ramai." Jelas lia pada yeji.
"Baiklah.. lain waktu kita ber temu di cafe, bagaimana soobin?" Tanya yeji pada nya.
Soobin yg masih sibuk dengan fikiran nya yg si penuhi tentang si penelpon lia sedikit merasa terkejut.
"Oh, aku? Boleh, Silahkan saja." Jawab soobin dengan sedikit bingung nya. Ia sengaja membenarkan letak jam tangan nya yg tidak pindah sedikitpun menutupi rasa risau nya.
" Apa yg kau fikirkan soobin? Lia masih ada bersamamu. Hhh" ledek yeji seolah ia bisa membaca fikiran soobin.
Lia yg mendengar itu hanya ikut tertawa saja, tanpa tau apa yg dimaksud oleh yeji.
Kemudian pandangan mereka beralih saat sebuah mobil berwarna biru menepi di seberang jalan.
Nampak seorang pria keluar dari mobil tersebut berjalan menghampiri mereka bertiga.
Bertubuh tinggi sekitar 182 cm, mengenakan setelan atasan putih dengan di padukan celana jeans, dan kaca mata yg bertengger di hidung manisnya.
"Tampan!" Puji yeji dalam hatinya.
"Selamat siang" ucapnya pada Mereka dengan sedikit membungkuk hormat.
"Selamat siang kembali" ucap yeji dan lia bersamaan.
Soobin hanya diam saja memperhatikan pria itu.
Tak lupa pandangan nya juga tak lepas dari raut wajah lia yg tampak berbinar.Pria itu mendekati lia, berdiri di depan dirinya dan mengusak pucuk kepala nya dengan tersenyum manis.
"Kau tetap saja tidak berubah, Cantik!" Puji pria itu pada lia.
Lia yg mendengar itu, bibirnya di tarik memberi senyum bahagia pada pria itu.
Membuat pandangan soobin terbelalak melihat interaksi keduanya.
"Lia.. Kenapa dengan senyum mu? Arrgh! Siapa pria ini, berani nya menyentuh gadisku.." kesal soobin dalam hatinya.
Ia memasang wajah datar tak bergeming.
Yeji yg melihat mereka hanya bisa tersenyum menahan tawanya.
Yeji tak merasa kaget, sebab lia sudah memberitahunya bahwa kakak sepupu nya akan datang.
Oleh sebab itu saat pertama kali yeji melihat pria ini. Yeji yakin sekali bahwa ini pria yg di ceritakan lia lewat percakapan ponsel dengan nya.
"Hhh..Seperti nya ada yg merasa panas disini," gugam yeji dengan menyeringai senyum licik nya.
"Maaf soobin, yeji, aku harus pulang. Terimakasih untuk hari ini. Jangan lupa untuk mengunjungi cafe ku yaa" pamit nya sembari memeluk yeji.
"Baiklah , aku akan menghubungi mu jika kami datang. Hati hati..." Balas yeji.
"Iya, terimakasih" ucap lia sembari membungkuk hormat pada keduanya.
Kemudian berlalu dari hadapan mereka berjalan menuju mobil.Menyeberangi jalan dengan tangan lia di gandeng oleh pria itu. Sesekali terlihat keduanya tertawa kecil disela sela perbincangan mereka.
Oh Nampak serasi sekali.Membuat hati soobin bergemuruh melihatnya.
"Jika kau hanya menggodanya, lebih baik berhenti. Karna yg aku tau, wanita seperti lia itu idaman sekali. Sekarang lia adalah teman ku,Ingat itu !" ucap yeji dengan tegasnya.
Ia pun berlalu dari sana meninggalkan soobin yg masih diam menatap gadis nya pergi."Huh!" Lagi lagi soobin seperti tersulut api. Hatinya saat ini terasa panas.
Entah karena disebabkan melihat senyum bahagia lia atau tentang pria yg menjemput lia.Soobin pun meninggalkan tempat, kembali ke ruangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hydrangea love
Romance"Aku pinta kau jangan menunggu, karna aku tidak bisa memberi janji untuk setia" _hueningkai "Setidaknya buat dirimu lebih berharga dari pada game mu itu!" _ Ryujin. "Melihat mu tersenyum masih membuat ku takut" _chaeryeong. "Dia sangat misterius, se...