13 | Hilangnya Park Jangmi

43 30 0
                                    

Aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku

Jia pingsan

Hampir seluruh pemandangan di depan ku terasa segar, indah dan.... bergetar. Sore ini entah kenapa kepalaku terasa seperti di tindih badak. Berat sekali. Seharusnya ini sudah jam pulang sekolah , karena arloji yang melingkar di tanganku telah menunjukkan angka 15.34 KST.

Semua baik-baik saja sampai semua hal di depanku tiba-tiba berubah menjadi gelap dan hilang.

"Jia!!!"

Aku tidak mendengar apapun walau sebenarnya orang-orang sedang berdiri riuh di tengah lapangan mengelilingi gadis yang tergeletak tanpa rencana. Aku dinyatakan pingsan dan kemudian tubuhku dibopong menuju ke sebuah kasur. Tentu saja ke UKS.

Tadi siang, setelah merasa kenyang karena mencomot lima kue milik guru Choi, seingatku aku melanjutkan acara mengisi perut ke kantin pria maskulin di sebelah gedung seni tak jauh dari kantor kepsek.

Kuperhatikan langkah gorilaku menuju sebuah kulkas. Mengambil sebotol jus nabati dan susu strawberry secara serentak lalu meneguknya habis dalam hitungan detik. Aku tau pada saat itu aku sangat haus. Dan aku rasa aku terlalu banyak mengkonsumsi gula hari ini.

Mungkin telah hilang satu jam lewat tiga belas menit mereka menungguku siuman. Samar-samar ku perhatikan seseorang yang sedang berdiri mengamatiku dari atas. Dia ialah Hyunseo sahabatku.

"Jiasa Kim" ucap gadis itu.

Aku hanya diam, karena posisiku sekarang sedang pingsan. Tak lama, seseorang berjas serba putih datang menghampiri aku yang sedang terbaring cengo. Ia memegang jarum suntik setajam mulut tetangga dan segera mengarahkannya ke lenganku.

Secepat kilat aku mengelak. Perempuan gila itu berdecak ketika mendapati mangsanya lolos. Aku tau sebenarnya ia ingin menyembuhkan ku dengan memberi vitamin lewat cairan itu. Tapi bisakah jangan yang menyakiti tubuhku. Aku merasa keberatan kau tau.

"Jia, kau tidak mau sembuh ya" ujar perempuan tadi kesal.

"Keureonde(Tapi) jangan menyakitiku. Apa tidak ada obat selain itu?"

Ada sedikit rasa trauma yang mendasari ketakutanku pada jarum suntik. Aku memiringkan tubuhku membelakangi perempuan berjas putih itu.

"Hanya saja semua orang sudah pada pulang tuan putri, dan kau tau unnie (kakak) ini juga mau pulang, tapi kenapa kau tiba-tiba pingsan dan tidak mau diobati. Ayolah sakitnya hanya sebentar"

Hyunseo terdengar meyakinkanku dan menarik bahuku pelan agar menghadap ke tukang obat di samping brankar tempat aku dibaringkan.

Pada akhirnya tukang obat itu mengambil alternatif lain yang bisa mengurangi rasa sakitku. Ia menyodorkan lima pil tablet sekaligus, dan menyuruh Hyunseo mengambil segelas air putih.

Hening, hanya suara tenggakan air ke tenggorokan suciku di dalam ruangan yang sedikit luas ini. Para manusia pencari ilmu beserta guru-guru sudah pulang karena memang hari semakin jingga. Perempuan berjas putih itu juga terlihat bersidekap menungguku selesai meminum obat.

Terpaut [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang