"Geundae,, (Tapi) Jangmi-ahh kenapa kau bisa ada di sekolah tempo hari? "
Tanyaku melirik ke Park Jangmi yang berjalan disebelahku.
"Tidak.... hanya saja malam itu aku melihatmu berlari ke kelas sendirian geurigo, ya (dan, ya) "
Ucapnya yang selalu mengikuti langkahku.
Hari ini sekolah tutup beberapa jam lebih cepat, dan kini Jangmi mengantarku sampai ke halte bus, entah apa alasannya.
"Geundae wae? wae?? (Tapi kenapa? kenapa) kau mengikutiku! Kau itu penguntit ya!!"
Aku berteriak keras tepat ketika bus tiba.
"Aku mengkhawatirkanmu "
Ucapnya seraya mengikutiku naik ke bus"Ya! (Hey!) kau berjanji untuk tidak menggangguku lagi. Pergilah!!"
Aku mendorong tubuhnya hingga sukses keluar dari bus.
Kini bus yang kutumpangi sudah melaju meninggalkan pria yang sama sekali tak bergeming itu.
Aku memegang pipiku yang terasa panas, mungkin semerah seperti kepiting rebus karena terhenyuh dengan perkataan Jangmi barusan.Tanpa sadar, ternyata bus sudah sampai di halte pemberhentian. Aku segera turun dan mendapati pria tengik itu didepanku, entah apa yang ia naiki sebelumnya hingga dengan secepat cahaya ia bisa mendahuluiku.
Dia memegang kedua bahuku dan memutar posisi menjadi menghadapnya.
"Aku tau kau lapar, kaja (ayo) ke toserba diseberang sana!"
Ujarnya lalu menarik lenganku tanpa instruksi, dan aku hanya menuruti kemaunya tanpa tindakan sedikitpun.
"Jeogi Jangmi-ssi (Permisi Jangmi)kau itu mirip dengann..... ya! Teman lamaku"
Ucapku setelah sampai kedalam toko serba ada.
"Pasti temanmu itu tampan sepertiku kan? Akui saja" sahutnya sombong seraya mencari produk mi instan di rak keempat setelah memutari beberapa rak makanan sebelumnya.
"Aihh aku menyesal mengatakaannya, molla!" kataku memutus tali percakapan.
"Hey, nyonya Kim kau hanya ingin masuk kesini tanpa membeli apapun!"
"Diamlah sebentar" balasku seadanya.
"Jeogi , hallal eumsig iss-eoyo? (Permisi, apa kau punya makanan halal?) Maksudku mi instan yang halal"
Ujarku pada salah satu pegawai."Hey, makan saja yang tersedia di toko ini. Apa apaan kau ini!" Jangmi menatapku tajam.
"Aku ini seorang muslim kau tau itu! Bagaimana tidak. Appaku (Ayahku) selalu memperhatikan setiap makanan yang kumakan. aissh mengganggu saja!!!" Aku menyangkal dengan semangat 45'.
Kemudian pegawai lainnya mengarahkanku ke lorong berisi makanan instan yang berbeda tampilan.
Aku melihat tumpukan kardus mi instan yang tidak asing. Tentu saja produk Indomie mengikutiku sampai ke Korea, Jangmi yang melihat itu lantas berlari kearahku dan mengambil semua varian rasa dan memasukkannya kedalam keranjang. Pria itu terlihat seperti pasian rumah sakit jiwa yang mendapat izin keluar komplek untuk berjalan jalan pagi.
Heboh sekali.Pegawai tersebut tersenyum geli melihat tingkah pria yang ku bawa.
"Geundae, ( Tapi) apa kalian ini orang indonesia? Kalian tampak senang mengetahui mi instan indonesia." Tanya pegawai tersebut menghentikan aksi jangmi.
"Ne!" Ucap kami berbarengan .
Astaga!
Aku terbelalak menoleh kearahnya."Neo?! (Kau?!)" Aku menunjuk tepat diwajah Jangmi.
"Ah benar ! Aku sudah sangat lapar, kaja Indomie boego." (ayo makan Indomie)
Katanya mengalihakan topik pembicaraan, lalu berjalan mendahuluiku ke meja kasir sambil menenteng sekeranjang penuh Indomie Indonesiaku.
September/23rd/23
Yuli Markhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut [TERBIT]
Hayran Kurgu[START ON September 19th, 2023] (JOINING EVENT PENSI VOL. 3 TEORI KATA PUBLISHING THE NEXT 25 DAY) "Kau pikir Taehyung itu teman kecilmu?" Pria berambut jagung terus mendesakku dengan beribu pertanyaannya. Yang pasti saat ini, aku terjebak antara du...