"Siapa Kim Hye Jin?"
Taehyung menelengkan kepalanya. Ia berpikir Jangan-jangan Choi nim ada kaitannya dengan keluarga Jia. Ia bahkan mengenal ibu Jia.Taehyung terus menduga-duga.
Mengenyahkan hal itu, kasur roda empat segera di dorong laju. Taehyung juga ikut mengejar kasur itu di belakang. Tampaknya orang-orang berjas putih ini tidak sabar ingin mengobatiku.
Sedangkan guru Choi setia berdiri di lobi rumah sakit, mendekatkan ponsel di telinga seraya berkacak pinggang seolah menunggu seseorang datang.
Ya benar, ia tengah menunggu eomma. Guru Choi dengan cekatan segera menelpon eomma, mengabari bahwa siswanya yang bernama Jiasa Kim telah pingsan.
Pria berumur empat puluhan itu tersenyum. Menyelipkan ponsel di saku jas hitam yang ia kenakan setelah menyadari sosok perempuan yang mengenak cardigan berwarna burgundy tengah menghampirinya.
Setengah berlari, eomma tampak cemas. Ia bahkan tidak memakai kaos kaki di tengah musim dingin ini. Mungkin wanita satu anak itu begitu terkejut dengan berita yang disampaikan oleh guru Choi.
"Ommo! Siwon sshi dimana putriku?"
Guru Choi menatap eomma sejenak dan mencoba menenangkan mantan kekasihnya itu."Tenang lah dulu Hye Jin ah, putrimu akan baik-baik saja karena para dokter sudah mengurusnya. Aku akan mengantarmu ke ruangannya. Tarik napas dulu"
Choi nim memperhatikan wajah eomma seksama. Matanya menatap iba kepada wanita di hadapannya kini.
"Coba saja dulu kau tetap denganku Hye Jin ah, kau tidak akan semengenaskan ini. Hatiku sangat sakit mendapatimu saat ini. Kondisimu dan wajah ayumu."
Dengan langkah ringan, pria yang berstatus sebagai kepala sekolah itu mengarahkan jalan menuju ruangan di mana aku dirawat.
Berjalan rileks, menekan tombol lif menuju lantai dua belas. Mengacuhkan perkataan batinnya barusan.
Di tengah kegentingan dan kepanikan eomma, guru Choi terus menerus menatap ibu semata wayang ku.
Eomma tampak risih dan tidak enak jika di pandang sedalam itu. Kemudian ia memulai bicara.
"Geundae bagaimana putriku bisa jatuh pingsan? Apa ia di bully di sekolahnya?"
Eomma bertanya khawatir. Choi nim takut jika tiba-tiba mantannya itu menangis jika ia salah bicara.
"Tidak, tentu saja tidak! Jia itu orangnya ceria dan tampak kuat luar dalam. Seperti gadis bernama Kim Hye Jin pada masanya itu dulu. Bahkan eomma nya Jia yang menjadi tukang bully dulu "
Eomma yang seumur hidupnya jarang disindir lantas menepis pernyataan teman SMA nya.
"Ya! (Hey!) Bagaimana bisa kau menggodaku di tengah kegentingan ini. Bagaimana jika putriku kenapa-kenapa. Jujurlah kau telah membimbingnya dengan baik bukan di sekolah?"
Pintu lift terbuka, ada sekitar enam orang yang membersamai eomma dan guru Choi tadi. Mereka berdua melangkah keluar dari tangga terbang itu menuju ke kamar ku.
Guru Choi tidak sempat menjawab pertanyaan eomma. Ia berjalan tergesa-gesa menyusul eomma yang berada tiga langkah di depannya.
Eomma menekan kenop pintu berwarna woody di depannya. Bukannya khawatir dengan kondisi ku, ia justru terperangah mendapati siapa sosok yang kini sedang duduk di sampingku. Menemaniku secara sukarela sejak aku pingsan.
Eomma menatap lamat-lamat siapa pria SMA di sampingku. Matanya seketika membulat. Benar adanya, tatapan pertamanya itu tidak meleset. Guru Choi tidak mengerti hubungan apa yang sedang terjalin antara Taehyung dan aku eomma terus berteriak lega kepada pria ini. Pacarku Kim Taehyung.
"Berani-beraninya kau mencelakainya lagi!"
"Plak!"
Taehyung menatap guratan di pipinya yang berasal dari tamparan eomma barusan. Pipinya merah karena mungkin eomma menamparnya dengan kuasa sembilan. Tenaga yang ia kumpulkan selama ini hanya berakhir di pipi Taehyung, berbentuk tamparan.
Dari kesemuanya, ini yang paling jauh. Guru Choi jauh lebih kaget menonton adegan yang baru saja terjadi.
Bisa-bisanya Kim Hye Jin malah menampar orang yang telah menyelamatkan putrinya. Sebenernya ada apa? Apa yang terjadi antara muridku Taehyung dan keluarga Jiasa Kim.
"Mwo ani goya (Apa yang kau lakukan) Hye Jin ah? Siswa ini telah menyelamatkan putrimu, kau ini kenapa?" Suara guru Choi tercekat.
"Dia anak yang telah membuat Jia hilang ingatan! Dia juga yang telah menyakiti Jia dan menambah alasan kenapa Jia mengikuti ayahnya pulang ke Indonesia."
Eomma mengatur napasnya yang sesak sejak dialog pertama. Tangannya mencengkram ujung cardigan yang ia pakai sekenanya.
Guru Choi mengatupkan mulut. Tidak percaya telah sekeruh ini hubungan rumah tangga eomma.
"Sekarang apalagi masalah yang kau beri pada putriku? Kau ingin membunuhnya kali ini?"
Eomma melanjutkan amarahnya pendek, mukanya mulai pucat.
Demi menjernihkan apa yang telah terjadi. Taehyung akhirnya bersuara.
"Jia eomma maaf sebelumnya. Tapi aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kenapa aku menjadi penyebab Jia kehilangan ingatannya?"
Taehyung buru-buru membungkuk tanda meminta maaf jika memang ia bersalah. Tangannya gemetar. Ia tidak tahu persis bagaimana semua hal itu terjadi dan justru berkaitan dengannya. Seingatnya dulu saat ia berpamitan dengan ku, ia menganggap ku masih baik-baik saja secara fisik dan mental. Ya walaupun pada kenyataannya hatiku sangat sakit.
Bagiamana tidak sakit saat berpisah dengan orang yang kau sayangi.
"Sebaiknya kalian selesaikan ini di luar saja, kasihan Jia jika saat sadar ia mendengar keributan ini"
Eomma melirik ke samping. Ke arah guru Choi. Pria paruh baya itu tau apa yang sedang terjadi.
Akhirnya eomma keluar dari ruangan ku.
"Tarrawa (Ikut aku)" ujar eomma.
October/10th/2023
Yuli Markhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut [TERBIT]
Fanfiction[START ON September 19th, 2023] (JOINING EVENT PENSI VOL. 3 TEORI KATA PUBLISHING THE NEXT 25 DAY) "Kau pikir Taehyung itu teman kecilmu?" Pria berambut jagung terus mendesakku dengan beribu pertanyaannya. Yang pasti saat ini, aku terjebak antara du...