14 | Cinta Lama

47 28 0
                                    

Hingga detik ini Park Jangmi belum kembali ke peradaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga detik ini Park Jangmi belum kembali ke peradaban. Ia pergi tanpa pamit.

Sudah kutegaskan berkali-kali.

Jangan pergi jika tak ingin kembali
Jangan pergi tanpa pamit
Jujur tanpa mu
Hidupku sangat tersusun rapi.

Jiasa Kim, 2023

Sebenarnya aku malah lebih suka jika tidak ada dia di seluruh hari-hari indahku. Tapi setidaknya ia berpamitan dahulu kepada ku ataupun Hyunseo, aish pria berambut warna warni itu mengingatkanku pada anak kecil pada zamanku dulu yang juga pergi tanpa pamit.

Lalu tak pernah kembali barang sejenak agar ku bisa menikmati tawamu.

Ya! Hentikan!!! Kenapa aku harus menikmati tawanya, toh bukan hanya tawa miliknya yang bisa dinikmati.

Bibir yang berfungsi untuk tertawa bukan hanya miliknya. Benar! Lupakan, lupakan pria bermarga Park itu.

Dan benar saja, barusan lewat pria lain yang kini kunikmati senyumnya walaupun bukan sebuah tawa. Kim Taehyung dengan muka sehabis mandi dan rambut machonya memasuki kelas sembari menyandang ransel hitam mengkilap di bahunya. Ia berniat mendahuluiku sembari tersenyum manis.

"Jia ssi! Kajja (Ayo)," pria dengan senyum yang patut di nikmati itu menggamit lengan porselen ku selayaknya ia sedang menuntun pengantinnya menuju altar pernikahan.

Karpet merah beserta rangkaian bunga Lily Blossom khas obat nyamuk tidak lupa di selenggarakan khususon buat kami. Kemudian acara berlanjut setelah seseorang berdehem agak keras di belakang kami.

"Eoh, apa kalian pacaran! Dasar bocah tengil! Keluarkan buku matematika bab integral palli (cepat)!!"

Park Chanyeol nim segera meletakkan buku paket matematika peminatan kelas tiga SMA di meja guru tepat di depan meja Taehyung karena pria ini senang berpindah tempat duduk, lalu memukul bahu pria dengan tawa manis di gamitanku dengan penggaris kayu pelan. Menyuruhnya duduk karena pelajaran akan segera dimulai.

Kim Taehyung mengakhiri gamitannya dan duduk di bangku. Ia juga mempersilakanku menduduki posisi kursi di sebelahnya karena hari ini teman sebangku pria tawa itu sedang tidak hadir. Bersamaan juga teman sebangku ku Park Jangmi tidak kunjung kembali ke sekolah maupun kehidupan ku.

Jadilah pasutri ini duduk berdampingan seolah sedang membersamai resepsi di atas pelaminan. Aih menghayal saja.

Aku menarik tubuhku menjadi duduk tegap, tidak mungkin aku membiarkan mempelai wanita cantik sepertiku terlihat cengo dihadapan tamu undangan.

Agenda selanjutnya ialah Taehyung terus menerus memperhatikan wajahku tanpa jeda. Tentu saja aku bisa merasakannya, ia sangat menikmati keindahan wajahku secara terus terang kalian tahu.

Wajahku serasa sedang di tiup angin sepoi-sepoi diiringi lengkungan senyum Taehyung yang tidak berkehabisan.

Aku merasa sangat di ratukan. Mengingat awal mula kedatangan Taehyung bersama beberapa member boygrupnya. Sosok yang pertama kali ku kagumi ialah dia. Pria dengan pelupuk mata yang menyipit bahkan hilang ketika tersenyum maupun tertawa.

Kyeopta! (Comel!)

"Hey! Berhenti menatapku sedalam itu, aku tau aku cantik tapi ini bukan waktunya tatap menatap kau tau Tae sshi. Dengarkan saja penjelasan Chanyeol nim di depanmu, atau kita akan kena hukum"

Aku mulai merasa risih karena tatapan Taehyung yang sedari tadi memandangi setiap detail wajahku. Aku tau setelah kelas matematika ini akan ada sesi pemotretan dariku. Tapi tolong bersabar ya Kim Taehyung.

"Jia! Tae! Kemarilah!"

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Tamat sudah riwayat ku dan juga pria di sebelahku kini. Dari atmosfernya sangat terkesan bahwa kami akan di berikan hukuman.

Chanyeol sajangnim segera menggebrak meja pelaminan kami dengan tangan kekarnya. Sangat mengejutkan. Matanya melotot tajam seakan-akan ingin terlepas dari birahi. Ia terlihat marah walaupun masih terlihat tampan.

"Ya! Neo mwo ani goya (Hey apa yang kalian lakukan)! Ini waktunya belajar bocah tengik jinnjja (benar-benar), pacaran saja! Saya hukum 64 kali putaran mengelilingi lapangan ayo cepat!" Perintah Chanyeol nim.

Kami segera keluar dari kelas matematika yang damai dan berlari girang menuju lapangan. Tanpa Chanyeol nim sadari, ia telah membuka ruang lebih banyak kepada kami untuk mengadu kasih. Rasakan.

"Jia sshi, kau makin terlihat cantik saja sejak terakhir kali kita bertemu"

Taehyung mengajakku duduk di bawah pohon dan bukan melanjutkan hukuman. Kendati demikian, aku tetap mengikuti arahan dari pria tampan ini seolah tersihir dan menuruti segala sesuatu yang keluar dari mulutnya.

"Terakhir kali? Kapan? Aku baru mengenalmu sejak kau menjadi murid baru di sekolah ini, apa maksudmu?"

Aku mengerutkan dahi, tidak mengerti maksud perkataan Tae barusan. Ingatanku mencoba menelusuri kejadian-kejadian sebelum aku memutuskan pindah ke Korea lagi. Tapi yang ada hanya kepalaku yang tiba-tiba pusing dan telingku berdenging tak berkesudahan.

Sial. Rasa sakit ini kambuh kembali. Setelah empat tahun terakhir aku tidak merasakannya lagi. Kenapa ini terjadi setelah aku bertemu pria bermarga Kim di sebelahku.

Siapa dia? Kenapa rasanya nyaman, hangat, pulang, tapi rasa sakit dan benci timbul di waktu yang bersamaan.

Sakit. Itu yang kurasakan.
Sesak. Juga iya.

Aku tidak mau menatap matanya lagi, cukup! Tapi kehangatannya kenapa sangat membuatku seperti pulang ke kedamaian yang kurasakan dahulu.
Tapi aku tidak tahu rasa apa ini.

Kenapa ada dua rasa yang bertolak belakang saat bersama dengan Taehyung.

"Jia sshi,,, kau baik-baik saja bukan? Kenapa kau menutup telingamu? Apa aku salah bicara? Mianhaeyo (Maafkan aku), eoh?"

Refleks, Taehyung berjongkok mendapati keadaanku yang sekarang. Ia terlihat sangat panik. Suara parau pria itu malah terus membuat telingaku berdenging lebih kuat.

"Pergi!! Pergi dari sini! Kamu jahat, kamu jahat! Genta help me, kuping me seperti ingin meledak!"

Tanpa perlu di pecut seperti kuda, aku memekik keras dan mendorong tubuh pria beralis tebal itu ke jatuh ke tanah. Aku memekik sejadinya.

Taehyung tidak beranjak dari tempatnya jatuh, ia menatap simpati kepada perempuannya itu dulu. Benar, perempuan pertama yang ia cintai juga sakiti dalam kurun waktu yang tidak lama.

Ia merasa sangat bersalah melihatku yang mungkin masih trauma dengan masa lalu. Tapi ia dengan penuh tanggung jawab dan amanah fatanah sidiq kali ini mencoba menebus segala dosanya dahulu.

Taehyung segera merangkulku, selayaknya menenangkan gadis yang sedang kesurupan. Dengan hitungan detik, tangisku reda dan ia segera membopongku menuju UKS.

UKS, ya sepertinya sudah kedua kalinya aku mengunjungi tempat penuh jarum suntik itu semenjak kepindahanku ke SMA Daegu Jeil.

Pasti Guru Im senang menerimaku kembali disana seperti terakhir kali aku di kabarkan pingsan.

October/2nd/2023

Yuli Markhamah

Terpaut [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang