25 | Lumpuh?

27 24 1
                                    

Kenapa ia tidak bisa berjalan? Ada apa dengan Jangmi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa ia tidak bisa berjalan? Ada apa dengan Jangmi?

Kali ini aku dan Jangmi saling berpandangan. Dan sekali lagi, ia mengacuhkanku.

Heol! Beraninya pria itu tidak menyapaku. Oke aku akan menghampirinya.

Tiba di sana. Bangku taman rumah sakit, aku telat satu detik darinya dan Jangmi telah menguasai seluruh bangku.

Napasku saling memburu karena menjangkau bangku incaran Jangmi sungguh membutuhkan tenaga yang banyak. Aku menilik raut wajahnya, tidak bersuara. Lantas aku merangkul erat lelaki kurus itu.

"Eoh! Kau kemana saja sobat, sudah satu abad kau menghilang. Apa kau sakit?"

Jangmi yang masih membisu melepas rangkulan amatirku. Menggeleng kaku mengartikan bahwa mungkin aku salah orang.

"Museun mal-inji ihaega an dwaeyo (Aku tidak mengerti apa yang kau katakan)" celetuk pria lumpuh yang ku anggap Jangmi di hadapanku.

Aku belum duduk, berkacak pinggang dan melempar pandangan ke pohon akasia di luar pagar rumah sakit. Membuang napas kasar.

"Rembulan memang sedang bersinar terang, apa kau juga sedang melepas lelah dengan datang ke sini?"

Jangmi mengangkat bahu. Benar-benar tidak menganggap keberadaan ku.
Yang biasanya terjadi di sekolah, pria itu yang terus menghampiri ku dan tersenyum riang . Menggamit lenganku asal dan terus bercanda sepanjang hari. Lalu kini, hanya wajah kusutnya yang aku dapati.

"Ah, kau tidak sekolah selama ini karena kau demam ya. Bajja." Aku bermonolog, karena pria berkursi roda di depanku terus bungkam.

"Apa dia Jiasa Kim? Teman kecilku? Apa? Dia memanggil namaku Jangmi, yang benar saja. Berarti Genta sudah berteman dengan Jia di sekolah. Sungguh awal yang baik" Jangmi membatin.

"Jika benar dia Jia. Aku sangat bersyukur." Batinnya terus

Jangmi terus memposisikan dirinya supaya tidak ketahuan bahwa sebenarnya ini pertama kalinya ia bertemu denganku.

Hal tidak terduga malah terjadi, Jangmi balas merangkulku hangat. Menyisakan dua senti dari ujung wajahnya. Sungguh, aku merasakan sedang di peluk pelukan bocah kecil itu.

Genta Park.

"Apa yang kau lakukan Jangmi babo?" Aku menjauh darinya sembari tetap berpegang pada besi infus.

"Kau yang memulainya Jia, aku harus membalas sapaanmu"

Jangmi benar, aku yang telah memulainya. Mata Jangmi berbinar tiba-tiba. Ia tampak sangat tertarik kepadaku, sorot matanya terkesan melampiaskan rindu yang sangat lama di pendam. Seminggu meninggalkanku apakah bisa serindu itu.

"Tapi... Kenapa denganmu Jangmi sshi, apa kau lumpuh?"

Maaf jika pria ini menganggap ku lancang. Ia tidak akan keberatan bukan, jika ku tanyai seperti itu.

Lantas Jangmi beranjak dari kursi roda. Berjalan riang seperti sedia kala, mengenyahkan penyakit yang sedang menggerogoti tubuh nya. Ia mematahkan dugaanku dan menunjukkan bahwa ia pria sehat.

****

Genta terbangun. Setelah berjam-jam bengong memikirkan keputusan. Mengizinkan Joe sekolah atau menolaknya.

Mengizinkan Joe sama saja membunuh pria itu secara langsung.
Tapi menolak keinginannya merupakan belati tajam yang siap menebas hati Joe. Ia pasti sangat kecewa jika keinginannya tidak terpenuhi.

Baiklah Genta akan mengizinkan Joe sekolah. Menggantikan posisinya berada di samping Jia. Ini semua demi kebaikan Joe.

Genta membuka matanya sempurna, menguap begitu saja setelah beberapa waktu tertidur dan melupakan keberadaan saudaranya, Joe.

Tepat sekali, Joe telah menghilang. Genta kebingungan, bagaimana saudaranya itu pergi jika kakinya saja lemas untuk sekedar berdiri.

Kursi roda di ruangan juga tidak ada. Joe pergi dengan menggunakan kursi roda. Bukan berjalan kaki.

Pria itu buru-buru membuka pintu kamar. Keluar dari sana dan menyusul kembarannya. Pasti masih di lingkungan rumah sakit. Sangat mustahil ia kabur dari penjara obat-obatan ini dengan tenaga sebesar kacang ijo.

Lama berlari, Genta tersenyum lega mendapati hyung nya (abangnya) tengah terduduk santai di taman. Bercengkrama ria bersama, apa! Seorang gadis. Mereka terlihat sangat akrab. Apa mungkin Joe telah mempunyai pacar. Oh sungguh di luar pemikiran Genta. Ia mengira hyung nya mendekam kaku di rumah sakit, tapi ternyata ia memiliki kekasih.

Genta lega mengetahui hal ini. Hyung nya kemungkinan akan berangsur membaik.

Urusan di taman rumah sakit itu berubah jadi rumit. Genta belum beranjak dari tempatnya mengamati Joe. Dan ia dikagetkan dengan kenyataan bahwa gadis yang duduk bersama Joe, adalah aku Jiasa Kim.

Aku sudah bertemu Joe yang aku rindukan dan ku anggap sebagai dirinya. Genta Park. Aku belum tahu kebenarannya. Genta dan Joe Park ialah dua orang yang berbeda.

Genta tercekat, kakinya seketika membeku di tempat. Pandangannya tidak luput dari gerak gerik dua manusia di seberang sana. Aku terlihat nyaman bersama Joe, pikirnya. Sangat berbeda perlakuanku kepada Genta yang aku panggil Jangmi.

Aku mengaitkan anak rambutku ke telinga. Merasa sedang melakukan perjalanan waktu karena rasa nyaman ini sungguh membawaku bertemu dengan Genta Park. Tapi bahkan aku saja lupa wajah anak itu. Poto waktu kecilnya juga sudah hilang.

Joe tidak sengaja bersitatap dengan Genta. Menyadari hal itu aku juga ikut menoleh ke belakang taman. Menuju lorong rumah sakit di ujung sana. Namun yang ku lihat hanya tempat kosong tanpa ada kehadiran seseorang pun di sana. Hatiku berdesir aneh, merasakan aura negatif.

"Jangmi ya! (Hey!) Jangan menakutiku kumohon. Ini sudah malam dan tidak ada siapapun di sana. Kau melambaikan tangan kepada siapa?" ujarku memperjelas.

Jangmi masih tersenyum manis ke sana, meninggalkan kesan bahwa anak itu seorang indigo. Yang benar saja dia sedang melihat hantu.

"Aih, pria itu sungguh pemalu. Dia adikku tapi memang dia sangat pemalu. Maklumi saja "

Jangmi menghentikan aktifitas melambaikan tangan pada udara kosong di sana. Menepis anggapanku bahwa ia adalah seorang indigo.

"Aku jelas tidak melihat siapapun?" tukasku cepat

"Dia bersembunyi "

"Sejak kapan kau punya saudara? Kau tidak pernah bercerita kepadaku "

Jangmi menimbang setiap ujaran yang akan ia katakan.

"Eoh, hanya saja kau tidak memberiku kesempatan untuk bercerita mengenai keluarga ku. Tapi kenapa kau di rawat di rumah sakit?"

Senyap sejenak, ia menunggu jawaban dariku.

"Hanya saja.... Aku.."

Belum usai perkataan Jangmi, seseorang dengan topi dan masker hitam tiba-tiba menghampiri kami. Mendorong kursi beroda empat yang belum di duduki Jangmi seraya mengkode pria itu untuk segera duduk.

Jangmi menurut saja, seperti di asuh oleh orang itu. Mereka meninggalkanku tanpa ada perkenalan dari pria misterius itu.

"Dah Jia, kau harus istirahat. Senin ini aku akan kembali bersekolah" ucap Jangmi riang.

"Apa yang kau katakan hyung" Pria misterius itu berbisik pelan sembari mendorong kursi roda Jangmi. Sebisa mungkin ia menghindari kontak mata dengan ku.

October/13th/2023

Yuli Markhamah

Terpaut [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang