Jika memilikimu bukanlah larangan
Maka izinkan aku mencintaimu selamanya
Tanpa harus ingat sesakit apa
Progress cinta darimu yang lekang oleh waktu
Dahulu ataupun sekarangJiasa Kim, MDB eps 21
"Iya, aku bersedia" kataku singkat dan berakhir terjatuh ke lantai sebelum cincin giok pemberian Taehyung berhasil tersemat di jari manisku.
Firasat ku benar adanya, menjadi milik Taehyung menjadikan diriku hilang kewarasan. Bukan apa-apa, rasanya nyaman namun terkesan berakhir tragis selayaknya aku bisa menafsirkan masa depan.
Maksudku ini terasa seperti dejavu, aku merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tapi entah juga, aku tidak bisa mengingatnya. Semakin keras ku coba mengingat maka telingaku akan berdenging dan penyakit yang entah sejak kapan ku idap itu juga akan kambuh.
Seperti saat ini. Ketika Taehyung mengumumkan hubungannya denganku, aku merasa dehidrasi dan tubuhku melemas mendadak.
Pria yang baru saja menyatakan perasaannya itu buru-buru menggendongku. Ia tidak jadi memberikan cincin giok merona yang tadi ia sodorkan. Melainkan menyimpannya kembali ke saku celana.
Taehyung menjumpai Choi sajangnim di pertigaan lorong yang menghubungkan kelas dua, perpustakaan dan kantor majelis guru.
Meski awalnya ragu, guru Choi lantas mendekati Taehyung dan membelalakkan matanya ketika mendapati siapa gadis yang Taehyung bopong.
"Ommo!! Jia Kim kau kenapa. Apa yang terjadi dengan gadis ini?"
Taehyung tanpa menjawab pertanyaan dari Choi nim kembali menggendong tubuh ku yang sempat melorot karena di cegat guru Choi. Ia bergegas melangkah menuju keluar sekolah. Hal tersebut semakin membuat guru Choi penasaran dan naik pitam.
"Ya!! (Hey!!) Mau dibawa kemana Jia Kim anak temanku itu siswa tengik. Bawa saja ke UKS."
"Tolong telepon kan ambulan Choi nim, Jia harus di rawat intensif karena ia sering pingsan dan kejang-kejang "
Selain tidak punya pilihan lain, entah kenapa Choi nim mengikuti perintah Taehyung begitu saja. Ia mengambil ponselnya dan berteriak kepada pihak rumah sakit untuk segera datang ke SMA Daegu Jeil dalam waktu sepuluh menit.
Taehyung menggelengkan kepalanya, merasa heran dan sedikit tersentil ginjalnya karena ke bar-bar an kepala sekolah di sampingnya.
Tanpa menunggu se abad kemudian, sebuah ambulan dengan sirine kematian sampai di depan gerbang sekolah. Manusia-manusia berkerah putih itu merebut tubuhku dari gendongan Taehyung dan membaringkannya ke atas kasur beroda empat.
"Pelan-pelan ahjussi (paman), dia ini pacarku"
Siswa berseragam SMA negeri ini bergumam, mendongak menatap tajam ke arah tiga manusia berkerah putih.
Guru Choi menghela napas panjang,
"Ya kkoma hagsaeng-a, gamhi nae ap-eseo geuleon mal-eul hae! (Hey siswa tengil, beraninya kau mengatakan itu di depanku!) Yang benar saja"
Anak yang bergumam tadi menundukkan tubuh, meminta maaf karena telah keceplosan.
"Geundae, eotteohge i yeojaleul gijeolhage mandeul su iss-eo? (Tapi bagaimana gadis ini bisa kau buat pingsan?) Apa kau telah berbuat macam-macam kepadanya!"
Taehyung cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Merasa ia tidak memiliki dosa sebesar itu terhadap ku.
Sebelum menjawab tuduhan kepsek Choi, pacarku itu menoleh memandang diriku yang terkapar tak berdaya di atas kasur busa tipis, setipis gaji guru.
"Jika kau ingin menuduhku, kau sudah salah besar Choi sajangnim. Aku ini pacarnya, tidak mungkin aku menyakiti perempuanku."
Menyadari perkataannya menyinggung Taehyung, guru Choi mengalihkan pembicaraan.
Aku juga heran, mengapa guru Choi juga ikut menaiki ambulans sempit nan pengap ini menuju rumah sakit. Sudah tahu dirinya memiliki mobil sendiri, kenapa tidak pakai mobilnya saja.
"Oh,,, kau pria yang melarikan diri dengan gadis ini juga kan. Dasar anak bandel, setelah mengajaknya melarikan diri kau juga telah memacarinya! Aih sungguh nahas nasib gadis ini"
Taehyung mengerutkan keningnya, merasa semakin tidak terima telah di tuduh sebanyak itu oleh kepala sekolahnya sendiri.
Ia ingin menjawab dan menyangkal segala opini sepihak dari Choi nim, namun ambulan tiba-tiba berhenti.
Manusia berkerah putih lainnya keluar dari daun pintu rumah sakit. Sedangkan yang menyetir di jok depan tadi membuka paksa bagasi berisi tiga orang di belakang. Guru Choi turun diiringi Taehyung.
Aku merasa terombang-ambing seperti di lautan lepas. Tanpa kepastian, tanpa tujuan, dan tanpa rencana.
Mereka mendorong kasur beroda empat dengan satu penumpang ini cepat. Raut wajahnya gusar.
"Aku harus menelpon Kim Hye Jin mantanku"
Taehyung menatapnya cekung, memperhatikan gelagat Choi nim yang seolah merupakan kerabat dekatku.
Ia melenguh, hendak bertanya."Siapa Kim Hye Jin?"
October/9th/2023
Yuli Markhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut [TERBIT]
Fanfiction[START ON September 19th, 2023] (JOINING EVENT PENSI VOL. 3 TEORI KATA PUBLISHING THE NEXT 25 DAY) "Kau pikir Taehyung itu teman kecilmu?" Pria berambut jagung terus mendesakku dengan beribu pertanyaannya. Yang pasti saat ini, aku terjebak antara du...