02 | Lose

139 77 44
                                    

"Hay, " sapanya tersenyum seraya menggeser posisi Park yang duduk di sebelahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hay, " sapanya tersenyum seraya menggeser posisi Park yang duduk di sebelahku.

Kemudian dia mengulurkan tangannya untuk menyalamiku. Aku menerima jabatan tangannya dan tersenyum getir.
Berpikir bahwa ini mungkin sebuah acara reunian teman SMP.

"Geundae (Tapi) Jia-ahh kenapa kau kembali?" kata Hyunseo mengakhiri jabatan tangan kami.

"Tidak... hanya saja aku ingin" jawabku pasti

"Ne ne (Ya ya) dia kembali hanya untukku" Park menyeruput jus orange yang entah darimanaa ia dapatkan .

Aku tak habis pikir dengan orang gila ini, kenapa dia sangat berbangga hati menyatakan isi hatinya. Seakan aku datang padanya. Kau mungkin tidak ingat yang kau lakukan padaku dulu, jika dirimu ialah Genta Park aku benar benar akan membunuhmu.

Dan satu hal lagi yang aku herankan dengan manusia berdarah panas di sebelahku, bagaimana bisa papan namanya hanya tertera nama marganya yaitu Park. Kemana nama selanjutnya?

"Ya! (hei!) diamlah sebentar saja jebal!!! (kumohon)" kata Hyunseo kesal.

Selang beberapa menit pertengkaran mereka, bel jam pelajaran kedua berbunyi dan menyisakan tanya dibenak Hyunseo karena belum kelar bertanya banyak tentang kedatanganku kembali ke Korea

Eoh.. bel kau menyelamatkanku.

21:00 KST

Heol aku tidak menyangka bahwa hari ini akan sangat melelahkan. Mengapa tidak, sekolah di Indonesia akan tutup hanya sampai jam tiga sore dan bahkan disini aku harus merelakan tidur siangku yang sangat berharga. Rasanya seperti kembali di hari hari masa kecilku disini.

Aku merogoh saku bajuku mencari keberadaan ponsel tercintaku. Kemana ia pergi. Seolma (tidak mungkin) mungkin ia tertinggal di loker ku.

Kulihat gedung dibelakangku yang masih terang. Aku segera kembali ke dalam kelas untuk mengambil ponselku.

Sesampainya di kelas aku melihat sekitar dan bergidik sendiri. Suasananya temaram karena hari bertambah larut. Ditambah suara keheningan malam yang sunyi.

"Tok-tok-tok"

Terdengar suara langkah kaki menuju ke arah sini. Suaranya makin keras dan terasa sangat dekat. Eottokhe??? Eomma??? ( bagaimana ini ibu???)
Aku segera bersembunyi di kolong kursi dan membekap mulutku.

"Krieettttt"

pintu terbuka lebar dan aku melihat sosok pria jangkung yang masih memegang gagang pintu sedang berdiri di ambang pintu.

Jebal

Nan eottokhe

nayakhan nal gyeondil su eopseo

Aesseo nunmureul gamchun chae

Sarangui sumtongeul kkeunheoyagesseo

Terpaut [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang