23 | Kebenaran Terkuak

37 27 11
                                    

"Tarrawa (Ikut aku)" ujar eomma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tarrawa (Ikut aku)" ujar eomma.
Mereka berdua keluar ruangan. Eomma dan Taehyung.

Pria berseragam sekolah itu menggigit bibir bawahnya. Berita buruk mungkin akan segera ia dengar. Tangannya berkeringat, entah apa yang akan dikatakan eomma kepada Taehyung, namun pria ini terlanjur merasa sangat berdosa kepadaku. Sejatinya memang begitu.

"Geundae Jia eomma. Maaf jika memang aku telah menyebabkan kekacauan ini. Tapi jujur aku sama sekali tidak tahu bahwa Jia telah kehilangan ingatannya " ujar Taehyung memulai sidang pleno dengan calon mertuanya.

Eomma berdiri terdiam sebelum menjawab Taehyung. Wajahnya pilu seperti saat itu, saat dimana aku tidak mengenal siapapun. Ya walaupun aku masih mengingat eomma, tapi bahkan aku melupakan appa sebagai ayahku.

"Maaf aku telah menamparmu tadi. Aku sangat emosi saat pertama kali melihat wajahmu."

Heol akhirnya eomma mengakui kesalahannya. Menampar siswa SMA secara tiba-tiba tanpa menjelaskan alasannya terlebih dahulu.

Toh seharusnya Taehyung tahu ia juga bersalah.

Percakapan berlanjut.

"Sehari sebelum putriku dan appa nya berangkat ke Indonesia, ia mengalami kecelakaan mobil. Seingatku ia masih mengenakan seragam SMP dan baru saja berbicara lewat telepon dengan appa nya. Mengatakan bahwa ia sedang menuju rumah, mununggu bus datang. Tapi nyatanya di tempat kejadian ia basah kuyup entah setelah tertabrak mobil atau sebelumnya ia telah main hujan-hujanan. Aku tidak mengerti"

Taehyung memutar ingatan. Ia tahu betul bahwa hari itu ialah hari ia berpamitan denganku. Hari itu juga ia mengakui bahwa dirinya bukan Genta Park teman kecil ku. Melainkan Kim Taehyung.

Aku menamparnya dan ya! Payung!

Taehyung mengingat kembali, sebelumnya aku membawa payung. Namun saat mengetahui bahwa dirinya membohongiku. Aku melempar payung itu dan berlari ke jalanan. Setelah itu Taehyung juga tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Karena ia bergegas menuju bandara tujuan Seoul.

Taehyung semakin sibuk. Tidak pernah ia sesibuk itu selama hidupnya. Namun sejauh itu ia juga sadar ia adalah salah satu
member boygrup besar di kancah industri musik Korea Selatan.

Sampai saat itu Taehyung tidak pernah mendengar kabar tentang ku, sekolahku, kecelakaan yang menimpaku bahkan hatiku yang kini tinggal separuh setelah hancur karenanya.

"Tapi aku sangat yakin Jia melakukan itu karena mu. Aku mengecek ponselnya dan lima panggilan di bawah appa Jia tertera nama mu!"

Imbuh eomma. Menambah rasa bersalah Taehyung.

"Benarkah? Aku benar-benar menyesal ahjumma. Benar, itu adalah hari dimana aku berpamitan dengan Jia. Kami memutuskan hubungan dan Jia pergi meninggalkanku. Aku berpikir bahwa ia langsung menuju halte bus, dan aku menghiraukan suasana hatinya setelah putus cinta. Aku sangat menyesal tidak menyusulnya"

Sudah ketiga kalinya Taehyung membungkuk kepada eomma. Mengatakan sangat menyesal dan bersalah.

"Lalu apa yang menyebabkan putriku itu pingsan kali ini! Jangan-jangan kau memancingnya untuk mengingat peran mu dulu"

Eomma terus memojokkan Taehyung, percuma jika harus mengelak. Taehyung ialah punca masalah hidupku. Jika saja dia tidak mengaku sebagai Genta Park teman kecilku dan juga tidak memacariku seumur jagung, semua ini tidak akan terjadi.

Aku tidak kehilangan ingatan, eomma baik-baik saja dan Taehyung tidak terukir sebagai orang jahat di hidupku.

Senyap sepuluh detik. Kemudian Taehyung berkata lemah, kalau ia sangat menyesal telah membiarkan ku patah hati dan memaksa ingat mengenai masa lalu yang Bahkan aku sendiri tidak ingat.

"Mianhae Jia eomma (Maafkan aku ibunya Jia) tapi aku sungguh tidak tahu tentang ini. Awalnya aku juga heran kenapa Jia tidak mengenaliku dan juga tidak membenciku seperti saat terakhir kali aku berpamitan. Dia juga bertingkah aneh seolah-olah baru pertama kalinya berjumpa denganku. Aku sangat penasaran kenapa itu terjadi, walaupun sebenarnya akan baik-baik saja jika aku tidak memancingnya ingat. Aku sadar terlalu egois dan mengedepankan rasa penasaran ku ketimbang kondisi psikis Jia yang sama sekali tidak ku pahami."

Taehyung gagap. Ia menyesal sekaligus bersalah.

Namun kini eomma menggeleng, menghela nafas berat dan memilih tersenyum tipis.

"Sudahlah nak, aku tahu kalian masih remaja waktu itu. Dan yang lalu biarlah berlalu. Sekeras apapun kita berusaha untuk memperbaikinya. Percuma, karena kertas yang penuh tinta tidak akan bisa kembali putih sempurna lagi. Aku mengikhlaskannya."

Taehyung menelan ludah, lantas melanjutkan argumentasi nya yang konoh dan goyah. Merasa tidak enak sekaligus takjub dengan perkataan eomma barusan.

Lama tak bisa berkata apa-apa. Koridor ruangan rumah sakit itu hanya diisi oleh keluh kesah yang tak terucapkan dengan lantang. Taehyung terpekur. Senyap, ragu untuk membalas kalimat ajaib dari mulut eomma.

Taehyung terus menunduk, tidak berani menatap mata eomma. Kendati demikian eomma mungkin sudah selesai menyampaikan opininya. Mengakhiri ketegangan ini seraya meninggalkan siswa SMA itu sendirian di luar kamarku.

October/11th/2023

Yuli Markhamah

Terpaut [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang