21- SS: Gue(?)

3.5K 522 170
                                    

Setelah sekian bulan purnama, akhirnya kita bertemu jua di part ini.

Happy Reading

Newasena berjalan ke arah asramanya, sendirian. Pikirannya, terus tertuju pada kejadian di saat jam olahraga. Karena kejadian itu, seluruh murid dipulangkan ke asramanya masing-masing. Bahkan, ada kabar yang mengatakan, pembuatan essai untuk masuk VIP Class, waktunya akan diubah. Newa pikir, semua akan menjadi lebih rumit.

"Bang Geo, udah belum jahit bonekanya Caca?"

Suara itu, menghentikan langkah Newa. Dia mengarahkan kakinya, ke arah lain, ke arah sumber.

"Sebentar ya Syafa, ini Abang lagi coba betulin. Sobeknya besar ini, kok bisa sebesar ini?"

Gadis kecil bernama Syafa itu langsung mendekap kedua tangannya di depan dada dan menatap sinis teman laki-laki di sebelahnya. "Tadi Fiko lempar boneka Caca ke pohon, terus waktu ditarik, jadi sobek karena nyangkut," jawab Syafa dengan pipinya yang gembul dan rambut kecoklatan yang terurai.

wajah Fiko terlihat merasa bersalah. "Maaf Caca, Fiko kan niatnya tadi belcanda aja," ujar anak laki-laki berkaca mata di sampingnya, dengan cara bicaranya yang cadel.

Sedangkan Geometri, laki-laki itu tersenyum kecil melihat tingkah kedua anak itu. "Udah-udah, ini Abang akan perbaiki bonekanya. Lain kali, Fiko bercandanya nggak boleh gitu lagi ya!" tegur Geometri dengan sorot matanya yang lembut menatap Fiko.

Fiko mengangguk dengan lucu. Dia yang tadinya menunduk, menaikkan pandangannya. Tapi, beberapa saat, matanya yang sendu, terbuka lebih lebar, saat penglihatannya menangkap seseorang.

"Ada Kakak cantik di sini!" teriak Fiko sambil menunjuk seseorang.

Newasena, gadis itu melihat ke kiri dan kanan. Dan hanya ada dirinya sendiri. Tanpa dia sadari, kakinya mendekati dua anak kecil itu dan seorang laki-laki yang dia ketahui bernama Geometri.

Newa lebih memperhatikan Geometri. Geometri dengan sebuah boneka di tangannya dan jarum jahit. Geometri menatap Newa, cukup lama, dengan senyuman tipis, seolah menyapa kedatangan Newa. Lalu, kembali menatap ke arah anak-anak. Geometri memberikan boneka itu kepada anak perempuan bernama Syafa.

"Sekarang, masuk ke asrama. Bersih-bersih, makan, terus belajar dan kalau udah selesai harus istirahat. Bisa?"

"Bisa Bang Geo!" jawab Syafa dan Fiko serentak.

Setelah itu, anak-anak itu pergi, meninggalkan Geometri dan juga Newa. Geometri berdiri, membersihkan sisa pasir di celananya, karena memang sedari tadi dia duduk di atas pasir. Mungkin, jika ada anak-anak terjatuh di salah satu wahana bermain, tidak terlalu merasakan sakit.

"Kamu mau berdiri di sana saja?"

Kernyitab halus terlihat di dahi Newa. "Gue?"

"Siapa lagi?"

Ketika Newa sadar yang dimaksud adalah dirinya, mulutnya tanpa sengaja berbentuk huruf O. Newa juga akhirnya mengikuti Geo yang telah duluan duduk di bangku taman. Newa duduk di samping Geo. Hening, belum ada yang memulai pembicaraan di antara mereka.

"Ada yang mau kamu tanyakan ke saya, Newa?"

"Lo kenal gue?"

"Hampir 98 persen orang orang di Shadow mengenal siapa kamu. Dan juga, belakangan ini kamu sering memperhatikan saya. Kamu sedang penasaran dengan saya? Tanya aja, tidak perlu diam-diam memperhatikan, seperti seorang penguntit."

Penguntit? Mata Newa terbuka lebar mendengar dirinya dituduh sebagai penguntit. Dia hendak marah, tapi mengingat jika dirinya dikenal sebagai Newasena yang penyabar dan bersikap tenang, karena itu Newa menahan segala emosinya. Newa berusaha menetralkan emosinya dan tersenyum kecil.

SEPASANG SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang