Happy Reading
Rumah klasik Eropa dengan halaman luas, terlihat indah. Terlebih pemandangan pohon besar di depannya. Membuat rumah ini semakin nyaman.
Minggu pagi, Sunny menggunakan dress putih bermotif bunga sampai betis. Memperlihatkan betapa anggunnya seorang Sunny. Buku di tangannya dan secangkir kopi, duduk di depan jendela yang menghadap ke pemandangan taman bunga di halaman rumahnya, membuat suasana semakin menjadi tenang.
Rumahnya di Shadow, memang membuat wanita itu merasa kenyamanan tersendiri. Menjauh dari hiruk pikuknya ibu kota adalah jalan terbaik merasakan kehidupan.
"Sunny!"
Sunny langsung menghentikan aktivitas membacanya. Dia menoleh, ternyata perempuan bernama Melody yang merupakan seorang cellist dan sedang menjauh dari publik, serta memilih Shadow sebagai tempat beristirahatnya. Melody datang dengan dirinya yang telah menggunakan baju casual. Tapi, sebuah koper kecil ada di tangannya.
"Udah siap?" tanya Sunny sambil berdiri dan berjalan ke arah Melody.
Melody mengangguk. "Maaf banget, buat satu minggu ini gue nggak bisa ngajar dulu. Gue ada urusan mendadak di Jakarta." Melody terlihat merasa bersalah.
Sunny tersenyum kecil. "Nggak apa-apa, lo selesain urusan lo dulu aja. Mana tahu, ketemu Mas-ex. Duda loh sekarang."
Melody tertawa kecil. "Diam deh! Itu masa lalu. Kalau gitu, gue pergi dulu. Gue pinjam sopir lo juga."
"Iya, hati-hati!"
"Iya. Oh iya, Liberty mau ke sini kan?"
"Iya, paling bentar lagi nyampe. Nggak mau ketemu dulu?"
"Kapan-kapan aja. Titip salam buat dia."
Sunny tersenyum dan mengangguk. Melody dan Sunny melakukan salaman ala perempuan dengan menempelkan pipi mereka satu sama lain.
Melody pergi untuk sementara. Sunny kembali duduk di kursinya, melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti. Seiring dia membaca setiap kalimat di buku itu, ingatannya tiba-tiba berkenalan pada anak kembarnya dan keponakannya.
Apa yang mereka lakukan saat ini? Apa mereka tengah mengerjakan essai yang diminta oleh dirinya? Apa mereka akur? Apa mereka bisa menjalaninya dengan baik?
Banyak pertanyaan yang ada di dalam pikirannya. Tapi, di balik itu semua. Beberapa hari ini, putrinya Summer selalu menyita pikirannya. Putri kecilnya yang dulu sering membuatnya kewalahan, karena masalah yang selalu dibuat putrinya. Kini, Sunny rasa membuat Summer masuk ke sekolah ini, bukanlah keputusan yang salah. Sebab, dia bisa melihat putrinya lebih baik daripada sebelumnya. Hanya saja, Sunny sadari ada jarak yang telah dirinya ciptakan antara dia dan Summer.
Mengenai Summer, membuat Sunny mengingat kilasan balik. Saat pertama kali bertemu secara langsung dengan anak kembarnya. Kilasan memori yang tidak akan pernah dia lupakan. Betapa hancurnya dia saat itu.
Dengan selang infus di tangannya, Sunny menyambut putra keduanya di tangannya. Di ruangan itu, masih ada suaminya dan Rain yang saat itu sedang hamil Newa juga. Serta putra pertama mereka-Sakhara Leo Syam.
"Baby Biru mirip banget sama kamu, Li. Gantengnya anaknya Mama. Hidungnya mancung banget."
Sunny menatap wajah putra mungilnya. Dan panggilan Biru dia berikan untuk Sakha pada saat masih menjadi janin. Senyuman di wajahnya tidak memudar sedari awal.
Tapi, tidak lama dia menyadari sesuatu. Sunny menatap wajah suaminya dengan kebingungan.
"Baby Bunny mana Li? Kok nggak dibawa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPASANG SAYAP
Teen Fiction"Shadow School adalah sekolah buangan tempat anak-anak bermasalah, bahkan anak-anak yang keluarganya juga tidak jelas asal usulnya." -- Summer dan Newasena dikenal dengan dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Summer dikenal dengan kepribadi...