Happy Reading
Setiap paginya, Newa selalu melemparkan dua kurva yang terbentuk di kedua sudut bibirnya yang indah, kepada setiap orang yang dia lihat, dia selalu menampilkan sisinya yang lembut dan ceria. Dan banyak murid Shadow yang memberi respon positif kepadanya. Tetapi, kini terlihat berbeda dari biasanya. Tidak ada respon apa pun. Tatapan yang dia lihat sepanjang koridor, seakan sebuah pisau tajam yang bisa menghunusnya kapan saja. Newa mencoba untuk mengabaikan hal ini, dia terus menyapa beberapa orang yang dia lewati. Namun, nihil. Semua orang enggan untuk membalas sapaannya. Dan, bisikan-bisikan yang terdengar olehnya mulai terdengar.
"Dia ternyata benar-benar psiko!"
"Nggak aneh dia bisa masuk ke Shadow, pasti ada alasan yang kuat!"
"Bisa-bisanya dia dalang dari penembakan massal yang memakan banyak korban!"
"Dia pembunuh!"
"Ada sih beberapa dari kita punya kasus seperti ini, tapi penembakan massal dan dia dalangnya, itu benar-benar gila!"
"Katanya sih, dia satu sekolah dulunya dengan abangnya si Renjana dan ibunya Renjana meninggal karena tragedi itu!"
"Kasihan Renjana!"
"Nggak punya malu!"
"Dasar pembunuh!"
Dunianya seakan berhenti, tubuhnya seakan menjauh ketika pandangan-pandangan tajam itu menatapnya.
"Newasena!" teriak seseorang dari kejauhan.
Dirinya melihat, Renjana datang dengan tatapan amarah, penuh rasa kecewa dan kebencian. Dan, ada Summer yang juga menatapnya dengan tatapan penuh rasa kecewa. Bahkan, saat Newa ingin meraih tangan Summer. Summer melangkah jauh ke belakang. Newa semakin jauh, di mana ada lubang hitam yang menariknya dari keramaian, hingga dia sendirian di tengah kegelapan.
"Pembunuh, pembunuh, pembunuh!"
Tidak, bukan dia yang salah. Bukan Newasena yang melakukannya.
"Bukan gue!"
Matanya terbuka lebar, napasnya menderu dengan keringat dingin yang mengalir di pelipisnya. Hening. Matanya mengerling, Newa berada di kamarnya. Jam dinding memperlihatkan pukul enam pagi dan ketika dia melihat ranjang milik Summer, terlihat kosong. Tidak lama, pintu kamar mandi terbuka dengan Summer yang tengah memegang handuk putih mengeringkan rambutnya dan handuk kimono yang membaluti tubuhnya.
"Lo kenapa?" tanya Summer menatap Newa yang tengah kebingungan.
Newa menggeleng, dia segera beranjak dari tempat tidurnya.
"Tumben mandi duluan?"
"Gue nggak bisa tidur semalaman. Gara-gara nyelesaiin essai itu."
"Udah selesai?"
Summer menghela napas panjang. "Belum, mana dua hari lagi deadline-nya." Lagi dan lagi bahu itu merosot.
Newa menggeleng pelan, dan segera mengambil handuknya. "Buat aja, apa yang lo riset selama ini!"
"Riset apaan, lo main detektif-detektifan pun nggak kasih gue klue yang jelas!"
Sebelum Newa menutup pintu kamar mandi, dia menatap Summer dengan datar. "Lo udah nyuri berkas rahasia milik Mama, dan lo masih nggak sadar dengan apa yang terjadi!"
Summer diam sejenak, dia mengulum bibirnya. "Gue nggak baca berkas itu secara keseluruhan, makanya gue kaget waktu lo dapat reaksi negatif waktu baca berkas itu!"
Kerutan halus terlihat di dahi Newa. "Serius? Ah, pantas aja lo kebingungan. Kenapa nggak baca keseluruhannya?"
"Nggak tahu, berat aja rasanya harus tahu rahasia banyak murid di sini! Gue merasa nggak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPASANG SAYAP
Teen Fiction"Shadow School adalah sekolah buangan tempat anak-anak bermasalah, bahkan anak-anak yang keluarganya juga tidak jelas asal usulnya." -- Summer dan Newasena dikenal dengan dua kepribadian yang saling bertolak belakang. Summer dikenal dengan kepribadi...