33 - SS: Sepasang Sayap

2.1K 261 54
                                    

Happy Reading

Suara jangkrik yang saling bersahutan, di bawah rembulan yang mana langit tampak indah disinari cahayanya beserta taburan bintang yang mampu memanjakan mata Newa dan Summer yang tengah duduk di kursi taman, tidak jauh dari gedung asrama mereka.

"Langitnya indah ya, Na?"

Newa mengangguk. "Iya, indah banget. Biasanya, kalau cuaca lagi bagus gini, suka duduk bareng Ibu sama Ayah di taman belakang, terus hitungin bintang." Newa terkekeh dengan bayangan mengenai Ayah dan Ibu-nya hadir di ingatan.

Summer memilih diam, dia tahu bahwa Summer merindukan kedua orangtuanya.

"Sena, gue boleh tanya?"

"Apa?"

"Gue... pernah ngelihat lo patahin sayap kupu-kupu Mama di taman bunga. Lo benci binatang?"

Newa menoleh dan menatap Summer, hingga Summer juga ikut menoleh dan menatapnya.

"Gue nggak benci binatang, Sam!"

"Tapi, lo pernah bunuh kelinci Kak Alana dan Kak Amanda juga, kan?"

Seperkian detik Newa menatap Summer. Hingga, Newa tertawa terbahak-bahak, yang membuat Summer kebingungan dengan kernyitan halus di dahinya.

"Gue sebenarnya nggak bunuh kelinci itu!"

"Tapi—"

"Kakak kembar gue itu yang suka jahilin kelincinya. Gue kasihan, jadi gue sembunyiin di kamar. Terus, gue lihat pisau dengan darah ayam, Bibi baru aja pulang dari pasar. Dan, gue ambil, gue buat skenario kalau gue kirim kelinci itu ke Allah. Padahal, gue pindahin kelinci itu ke peternakan kelinci yang ada di sekolah gue!"

Seketika, mulut Summer sedikit terbuka mendengar fakta ini. "Gila lo! Tetap aja sih, psikopat lo! Bisa-bisa lo umur segitu buat skenario seolah-olah lo habis bunuh tuh kelinci!"

Newa menyengir. "Kayaknya, emang ada gennya!"

Newa kembali menatap langit-langit taburan bintang. Kini, keheningan kembali menyelimuti kedua gadis itu, cukup lama.

"Gue emang nggak suka kupu-kupu, atau apa pun binatang yang punya sayap," ujar Newa dengan tenang.

Summer masih setia mendengarkan.

"Gue benci ngelihat mereka bisa terbang bebas. Sedangkan gue merasa terkurung di dalam sangkar."

"Sangkar? Kenapa... lo bisa beranggapan begitu?"

"Ketika lo udah besar nanti, mau jadi apa, Sam?" tanya Newa tanpa menjawab pertanyaan dari Summer.

"Em... mau jadi seorang seniman, kayak Papa. Lo pasti mau jadi penerus perusahaan ya?"

Hening, Newa tidak menjawab pertanyaan dari Summer, lagi.

"Lo... nggak mau ya, Sam?" tanya Summer sambil menoleh ke arah Newa.

Newa kembali menatap Summer. "Gue nggak tahu. Gue nggak tahu apa yang gue suka. Dari kecil, gue rasa apa yang gue jalanin udah diatur dengan baik. Masuk les ini dan itu, lakukan ini dan itu, dan rasanya gue nggak diizinkan untuk memilih. Ketika Bang Arthur yang bisa memilih jurusan yang dia mau, Kak Amanda yang bilang dia mau jadi seorang chef, dan Kak Alana yang katanya mau masuk jurusan yang sama kayak Ayah. Ayah dan Ibu emang nggak pernah memaksa anak-anaknya, tapi ketika gue ngelihat tatapan mata mereka yang seolah berharap besar ke gue, ngebuat gue nggak bisa nolak. Sampai gue nggak tahu, apa yang gue mau!"

Newa tersenyum simpul, matanya terlihat sayu. "Lo selalu bilang gue sempurna! Gue nggak memiliki kesempurnaan itu, Summer. Gue hanya menanamkan dalam pikiran gue, bahwa gue nggak boleh gagal! Mereka nggak marah ketika gue gagal, kata-kata itu nggak keluar dari mulut mereka, tapi gue bisa mengerti dengan tatapan mereka yang kecewa ke gue. Mereka kecewa kalau gue gagal. Mereka kecewa kalau gue melakukan kesalahan, Summer!"

SEPASANG SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang