30 - SS: Pengadilan

1.8K 264 12
                                    

Jika part ini sampai dengan selamat, tapi Part 29 nggak ada? Mungkin, sebagian dari kalian tahu harus cari di mana? Ya, cari di akun ig aku putihhhitam_watt, karena Part 29 benar-benar nggak mau ke publish. Bisa dilihat info akun ini bermasalah di IG.

Jadi, untuk link part 29, ada di Bio IG yaa.

Kalau kamu bertemu dengan kata "Bersambung", berarti part ini sampai dengan selamat. Kalau tidak, berarti yaa, baca lanjutannya lihat di IG aja yaa, ada link part di BIO.

Happy Reading

Ruangan dengan dominasi putih dan coklat itu, terlihat layaknya seperti ruang sidang di pengadilan, di mana meja panjang bagian paling depan yang berhadapan dengan 30 kursi sebagai tempat duduk para siswa siswi yang ingin melihat proses persidangan.

Di pengadilan Shadow, meja di sebelah kiri yang kini di tempati oleh Bumintara selaku President Student Management System dan guru BK yaitu dikenal dengan Daffa. Di Sebelah kanan ada guru pembela, yaitu Melody Queensha. Tidak ada yang tahu mengapa Melody mau membela Kencana, di antara banyak guru yang menolak melakukannya. Lalu, di meja dengan posisi hakim, kini ada Elena—Kepala sekolah Shadow School of Scientist.

Sementara itu, Summer telah berada di ruang persidangan, di sebelah kanannya ada Newasena dan sebelah kirinya ada Matahari, dan di sebelah kanan Newa ada Renjana. Sedangkan Max dan Sakha ada di barisan paling depan.

Tidak menunggu lama, pintu pengadilan terbuka dan semua perhatian kini tertuju kepada seseorang yang memasuki ruangan dengan menggunakan seragam Shadow. Kencana datang bersama seorang anggota SMS. Wajah Kencana tampak pucat, matanya sayu, tapi tatapannya terlihat tenang, seolah bukan dia pemeran utamanya saat ini.

"Kencana!" Max menghalangi langkah Kencana.

Kencana memberikan senyuman yang terlihat begitu tulus dan menenangkan kepada Max. Kencana sempat melirik Sakha, tapi Sakha memilih menghindari konta mata Kencana.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Max yang jelas sangat mengkhawatirkan Kencana.

Kencana mengangguk. "Iya, aku baik-baik aja, Max!"

Cara bicara Kencana terlihat berbeda, dia tenang, tapi logat Sunda yang biasa dia gunakan seakan lenyap.

Max memperhatikan kondisi Kencana, teman cewek yang paling dekat dengannya di Shadow. Hingga, mata tajam Max berhenti di salah satu hal yang menggganjal. Dia menarik tangan Kencana. Beberapa orang terlihat terkejut, dengan jejak kebiruan di bagian punggung tangan Kencana yang memang dari awal dia masuk, terlihat Kencana sembunyikan.

Kencana dengan cepat melepaskan tangannya dari Max. Laki-laki yang biasanya sering tersenyum itu, kini matanya menyiratkan kemarahan, begitu marahnya hingga terlihat merah. Tangan Max langsung meraih kerah baju seorang anggota SMS yang tadinya mengawal Kencana

"Kalian, kan, yang udah ngelukain dia?" teriak Max kepada anggota SMS itu.

"Max!" tegur Elena dengan tegas. "Lepaskan atau kamu keluar dari ruangan ini!" ujar Elena bahkan dia sampai berdiri dari duduknya.

"Max, udah! Ini bukan salah siapa pun. Ini... kepentok meja, jadinya kayak gini!" ujar Kencana yang kini terlihat khawatir dengan Max yang membuat keributan.

Max masih menatap tajam laki-laki itu, dia sangat ingin melayangkan pukulannya kepada anggota SMS, siapa pun itu. Max yakin, kalau Kencana berbohong, terlebih Max sudah mendengar simpang siur mengenai anggota SMS yang banyak melakukan kekerasan kepada siapa pun yang dinyatakan sebagai pelaku.

"Dengar, bukan salah saya!"

"Fucking shit! Kalau gue tahu, salah satu dari kalian nyakitin dia, I'm gonna kill you!" umpat Max dan dia melepaskan dengan kasar kerah baju itu.

SEPASANG SAYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang