—oOo—
Matahari mulai merangkak naik, para burung bernyanyi dengan syahdu hingga membuat Jehan terbangun dari tidurnya.
Laki-laki itu menengok jam, masih belum terlambat, ia kemudian mengambil jaket kulit hitam yang ia jadikan sebagai bantal.
Jehan menemani Raka semalaman, ia tidur di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Raka. Setelah memakai jaketnya, ia menoleh sebentar pada Raka.
Temannya itu masih tertidur, Jehan tersenyum simpul, dia merasa sedikit lega, akhirnya seseorang yang ia kenal selalu ceria itu bisa tidur nyenyak setelah berjam-jam menangisi kepergian ibunya.
—
"Ibu lo..
meninggal..."Hening.
seakan dihantam oleh seribu batu, ia merasa semua tulangnya hilang dari dalam tubuhnya.
seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya pergi begitu saja, bahkan disaat-saat terkahir pun Raka tidak ada.
Raka melihat ke langit-langit ruangan yang berwarna putih itu, tanpa isakan air mata pun membanjiri wajahnya yang pucat, selang oksigen rasanya tidak berfungsi sama sekali, ia berusaha sekuat mungkin mencari nafas untuk memenuhi rongga dadanya.
Dia memukul-mukul tempat tidurnya dengan keras, ia marah, doanya ternyata tidak didengar. Raka mengingat kembali, bagaimana kali terakhir ia melihat ibunya terjatuh dan menghantam tanah hingga kesakitan. Ingin menjerit pun tak bisa.
Raka menyesal, harusnya dia tidak perlu masuk ke rumah untuk berkelahi dengan lelaki bejat itu,
harusnya dia langsung menemani ibunya ke rumah sakit saja, harusnya dia bisa mengontrol dirinya saat itu.Jika begitu, semua ini mungkin tidak akan pernah terjadi, seseorang yang menjadi alasannya untuk hidup sudah tidak ada. untuk apalagi dia ada di dunia kalau sudah begini akhirnya?
Raka menangis sejadi-jadinya, Jehan yang ada di samping Raka tidak bisa berbuat apa-apa selain ikut bersedih.
Dia pernah merasakan sedih yang sama seperti Raka, kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidupnya dan merasa tidak ada gunanya lagi untuk hidup di dunia. Tapi dia tau, Kesedihan Raka tidak sebanding dengan kesedihannya dulu.
—
Setetes air mata Jehan jatuh mengenai pipi, "Kuat-kuat Ka, kayak yang biasa lo lakuin." Ucapnya lalu pergi dari sana.
***
Jehan kini sudah rapi dengan seragam sekolahnya, hari ini dia tidak mengenakan jaket kulitnya, karena hari ini adalah hari jas, jadwalnya mengenakan jas atau yang sering disebut dengan almamater sekolah, dengan bros bergambar logo SMA Ranajaya di sebelah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Halaman [HIATUS]
Teen FictionEvandra Jehan Adiptya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai. Perihal mengikhlaskan sudah ia coba, namun penyesalan karena tidak ada disaat kekasihnya akan pergi yang masih melekat pada dirinya. Tepat satu tahun setelah ditinggalkan, Jehan te...