CHAPTER 18

22 17 9
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

Jika yang terjadi pada orang-orang yang baru mulai pacaran adalah selalu ceria, suka salting sendiri, selalu membayangkan akan hidup bahagia hingga maut memisahkan. Pokoknya semua hal yang senang-senang selalu hadir dalam hidup mereka, itu berbeda dengan apa yang Gena rasakan saat ini.

Gadis itu bingung sendiri. Ada beberapa pertanyaan yang membuatnya jadi tidak konsen untuk mengerjakan tugas malam itu.

Apa dia sudah resmi pacaran dengan Jehan? Kenapa dia mau pacaran dengan Jehan? Apa semua niat untuk tidak berhubungan dengan laki-laki yang ia pegang erat itu sudah terlepas begitu saja? Kenapa juga Jehan mau pacaran dengannya?

Pertanyaan-pertanyaan itu sedari tadi memenuhi pikirannya. Bahkan pertemuan dengan Argan mantannya, tadi pagi di dekat taman kota itu, juga terlupakan begitu saja.

Gena mengacak rambutnya yang masih basah itu dengan kasar. Tapi setelahnya dia tersenyum.

Gena sudah gila rupanya.

Ia menepuk jidatnya sendiri dengan buku tulisnya. Lalu kesakitan karena ulahnya sendiri. Saat sedang mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit, Suara ketukan pintu dari luar terdengar. Itu pasti Rendi, seperti biasa dia akan melakukan pengecekan malam hari. Kayak di asrama saja.

"Buka aja, pintu gak dikunci."

Rendi lalu membuka pintu kamar Gena, Rendi sedikit kaget setelah melihat gadis yang sedang duduk di meja belajar itu dengan keadaan yang sedikit berbeda dari biasanya. sebelah alisnya terangkat, "tumben?!"

"Apa?"

"Tumben udah mandi, pake baju tidur, belajar. biasanya nangis, peluk bantal, guling kiri, guling kanan, masih pake seragam, bau, belom mandi, gak belajar, tidur bareng air mata, gak mak—

"SSSTT—Berisik" Gena memotong perkataan Rendi, Sepupu paling cerewet dimuka bumi itu. Jika tidak di cut, Telinga Gena mungkin akan hancur secara perlahan.

Hal itu juga membuat langkah Rendi terhenti, ekspresinya masih datar, sampai saat Rendi tidak sengaja melihat beberapa huruf yang ukurannya lumayan besar membentuk sebuah kalimat yang sudah tertulis di atas buku Gena.

Rendi segera melangkah lagi, berniat melihat tulisan itu lebih dekat, memastikan apa yang ia baca adalah benar.

Setelahnya Rendi tertawa,

"LO NGAPAIN NULIS GITUAN GE?"

Kini kedua tangan Rendi beralih menahan perutnya yang bergetar karena tawa yang kian menggelegar.

Sedangkan Gena bingung dengan saudara sepupunya itu, Gena tidak tahu letak lucunya dimana. apa yang lucu?

Rendi mencoba menahan tawanya, ia lalu mengusap air mata yang sempat ikut keluar karena saking lucunya ia tertawa.

Ujung Halaman [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang