—oOo—
Di tengah perjalanan, Perut Jehan tiba-tiba keroncongan. Ia ingat, dari tadi pagi belum ada sesuap nasi yang masuk ke dalam lambungnya.
Kebetulan, di depan sana ada sebuah rumah makan,
"Mau mampir bentar gak? laper"
Hanya deheman pelan dari Gena. Ia sebenarnya tidak enak dengan Jehan. Tapi berhubung perutnya juga ikut lapar jadi apa boleh buat hehe.
Jehan lalu sedikit melajukan mobilnya dan berhenti di parkiran rumah makan yang berukuran tidak terlalu besar.
Jehan lalu turun, diikuti dengan Gena, sambil berjalan Jehan menekan tombol untuk mengunci mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah makan itu.
Mereka berdua memilih meja yang hanya muat untuk dua orang. Bukan karena ingin berduaan, tapi rumah makan itu memang sudah terisi penuh oleh orang-orang yang juga lapar sama seperti Jehan dan Gena.
Keduanya duduk saling berhadapan, Mata Gena menelusuri menu makanan yang terpampang di dinding rumah makan itu. Ada banyak menu di sana.
Dan yap, Bola mata cokelat itu berhenti di sebuah tulisan, 'Mie Ayam'.
"Mau makan apa Na?" Tanya Jehan.
"Mie ayam aja."
Jehan sudah yakin Gena pasti memesan itu.
Seorang perempuan berjalan menghampiri meja yang sudah ditempati oleh Gena dan Jehan, pelayan itu langsung bertanya, "Mau pesan apa?"
"Bakso urat 1, sama mie ayam 1." Balas Jehan.
"Mie ayamnya pake kuah, tapi dikit aja ya mbak." Tambah Gena.
"Minumnya apa?"
"Es teh,"
"Es jeruk"
"Ok baik, ditunggu ya mas, mbak.." Perempuan itu lalu pergi dan menuju ke arah depan dan langsung memberitahu kepada yang bertugas untuk menyajikan menu makanan.
'Gue yakin lo Zizi Na,'
Semua yang dipesan oleh Gena sama seperti yang selalu dipesan oleh Zizi. Mie ayam dengan kuah yang sedikit, ditambah es jeruk sebagai minumnya. Jehan tidak menyangka, bahwa semua kesukaan Gena sama seperti Zizi.
"Lo suka mie ayam dari kapan?" Tanya Jehan, lagi-lagi untuk memecahkan keheningan di antara mereka berdua.
"Dari kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Halaman [HIATUS]
Teen FictionEvandra Jehan Adiptya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai. Perihal mengikhlaskan sudah ia coba, namun penyesalan karena tidak ada disaat kekasihnya akan pergi yang masih melekat pada dirinya. Tepat satu tahun setelah ditinggalkan, Jehan te...