—oOo—
-Halaman rumah,di tahun 2014-
Malam ini, bintang-bintang terlihat sangat terang, pun dengan cahaya rembulan. Setiap orang yang melihat keindahan malam itu pasti merasa sangat tenang dan bahagia. Namun berbeda dengan Seorang gadis kecil yang duduk sendirian di taman samping rumah, ada kesedihan diwajahnya. Gadis kecil berumur 7 tahun dengan rambut panjangnya yang dikepang itu duduk di atas ayunan yang diam karena kakinya masih menyentuh permukaan tanah, sengaja—menahan agar ayunan itu tidak goyang.
"Zizi? Kamu kenapa? Kamu sakit? Kenapa belum tidur?"
Suara lembut itu muncul dari belakang, suara itu milik sosok perempuan cantik dengan daster polos berwarna cokelat yang dikenakannya.
Gadis kecil yang dipanggil Zizi itu tidak menoleh, pandangannya masih fokus pada rerumputan hijau dibawah. Sesekali ia mengusap usap rumput hijau itu dengan kakinya yang telanjang.
"Zizi kok diam saja? Zizi marah sama bubun ya?"
Tanpa menatap sang ibu, Zizi menggelengkan kepalanya pertanda bukan ibunya yang menjadi letak kesedihannya saat ini. Detik berikutnya, Air mata Zizi tiba-tiba jatuh.
Kini Mareta—ibu Zizi. sudah ada di hadapan anak gadisnya, ia berjongkok, lalu memegang dagu kecil Zizi. "Anak bubun jangan sedih, bubun minta maaf yaa"
Sekarang bukan hanya setetes, air mata Zizi semakin deras, entah apa yang membuatnya sampai sesedih itu, tapi melihat tetes demi tetes air yang jatuh membasahi wajah putrinya, membuat hati Mareta tersayat. Ia lalu memeluk Zizi, mencoba menenangkan. Zizi menangis tanpa suara dalam pelukan Mareta. hal itu tentu semakin mengiris hati Mareta. Tangisan Zizi sangat menyakitkan.
Gadis kecil itu masih sesegukan, Mareta perlahan melepas pelukannya, lalu memegang kedua bahu Zizi.
"Zizi cerita sama bubun ya?! Ada apa?"
"Kam-kamar zi-zi buunn.." akhirnya Zizi bersuara, meskipun sambil sesegukan.
"Kamar Zizi kenapa?hm?" Tanya Mareta sambil mengusap lembut kepala Zizi.
"Kamar Zizi diambil.. terus Zizi-nan..ti, nanti- zizi.. ti-tidur dimana bundaaaaa??" Tangisan Zizi pecah, kali ini dia tidak bisa menahan suaranya. Kejadian beberapa menit lalu sungguh sangat melukai hatinya.
Setelah 2 tahun ayah kandung Zizi pergi entah kemana, Mareta menikah lagi dengan seorang pria duda beranak dua. Mereka tinggal dirumah Mareta, karena Zizi tidak mau pindah kemana-mana. Zizi tidak bisa meninggalkan ayunan sederhana buatan ayah kandungnya itu. Sehingga, dengan berat hati, terpaksa Alan—ayah tiri Zizi—tinggal di rumah Mareta dan menunggu hingga Zizi siap untuk pergi meninggalkan rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Halaman [HIATUS]
Novela JuvenilEvandra Jehan Adiptya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai. Perihal mengikhlaskan sudah ia coba, namun penyesalan karena tidak ada disaat kekasihnya akan pergi yang masih melekat pada dirinya. Tepat satu tahun setelah ditinggalkan, Jehan te...