CHAPTER 28

34 7 29
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

Sama seperti saat pergi, Karisa juga harus berjalan kaki untuk pulang ke rumah, tapi kali ini rasanya lebih lelah dibandingkan tadi. Karisa tidak heran, dia tahu bahwa udara sejuk yang membaluti tubuhnya tadi pagi tidak sama seperti suasana yang membuat tubuhnya gerah dan berkeringat seperti sekarang ini.

Biasanya jam pulang SMA Fajar Bangsa adalah sore tepatnya jam 16.30, namun karena sedang melaksanakan Ulangan Semester Ganjil maka jam pulang mereka menjadi lebih awal.

Karisa sudah berjalan lumayan jauh dari sekolah, sesekali ia menyeka keringat yang membasahi dahi dan lehernya. Rambut yang diurai membuatnya semakin merasa kepanasan. Selain dompet, ikat rambut juga ia lupa taruh dimana.

Dari kejauhan, ada seseorang yang sedang memperhatikan gerak gerik karisa. Orang itu memelankan laju motornya.

"Tumben jalan kaki?" Tanya Raka saat sampai di sebelah Karisa. Karisa tentu kaget, ia bahkan hampir masuk ke dalam selokan gara-gara suara Raka yang muncul tiba-tiba.

"Biasanya naik taksi, bawa motor atau naik bus, terus ledekin orang-orang yang jalan kaki, eh sekarang malah telan ludah sendiri."

"Masih cerewet juga lo! Kalo mo pulang, pulang aja sono, gausah ngejek gue! Dah sana hushus!" Usir Karisa, Wajahnya sudah berubah menjadi merah padam.

Raka tertawa kecil melihat ekspresi kesal Karisa. Laki-laki itu kemudian membungkuk, lalu membuka pijakan kaki motor. Setelah itu, ia kembali menatap Karisa yang sudah bergerak lima langkah kedepan.

"Karisa!" Panggil Raka, yang dipanggil menoleh.

"Apa?"

Belum menjawab, Laki-laki bernama Raka itu maju hingga berada tepat di samping Karisa lagi.

"Naik, gue antar pulang,"

Karisa diam mematung, dia sedang memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Raka. Jika dia menjawab iya, itu akan sangat menjatuhkan harga dirinya. Secara, ia sudah diejek oleh Raka karena berjalan kaki, belum lagi akhir-akhir ini Karisa sering merasa ada yang berbeda saat menatap Raka, kalau Karisa suka Raka? No! Emang boleh secepat itu dia berpaling dari Jehan?

"Ayo naik, lo gak cape kalo pulang jalan kaki? Tapi lo keren sih kalo emang bisa jalan kaki siang-siang di bawah terik matahari yang sangat panas ini. Kalo gamau gue balik duluan ya?" Ucap Raka sedikit menggertak.

Karisa kembali ke pikirannya, Jika dirinya menjawab 'pulang aja, gue jalan kaki' Dia mungkin akan merasa sangat menyesal karena sudah menolak pertolongan yang belum tentu akan datang lagi dari orang lain. Ditambah kalimat yang diucapkan oleh Raka tadi, tidak mungkin Karisa bisa menjadi manusia anti terik matahari.

"Masih mau mikir? Gue balik beneran ni," Lagi, Raka kembali menggertak, tapi laki-laki itu tidak benar-benar pergi.

Karisa menarik napas dalam-dalam, lalu membuang nafasnya serta semua pikiran yang tadi sempat hinggap di otaknya. Detik berikutnya, Karisa melangkah, lalu naik ke atas motor Raka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ujung Halaman [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang