CHAPTER 5

65 22 16
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

-Pantai, 2022-

"Kita udahan aja ya Zi" ucap seorang laki-laki yang kini tengah berdiri di atas hamparan pasir putih. Membiarkan kedua kakinya terkena ombak kecil pantai.

"Kenapa?" Tanya seorang perempuan yang ada dibelakang laki-laki itu. Jarak antara dia dan laki-laki itu hanya 2 langkah.

"Seharusnya ini semua gak terjadi" laki-laki itu menunduk. Melihat kakinya yang sudah basah karna air pantai.

Sementara perempuan dibelakangnya sudah gemetar, ini pertama kalinya dia mendengar kalimat yang semenyakitkan itu. Bukan ini yang dia mau. Bukan ini yang dia inginkan. Kenapa disaat sudah berjalan jauh, tiba-tiba harus berhenti begitu saja.

"Aku salah Zi, Maaf.."

"Ada perempuan lain dihati aku."

"Aku sayang sama kamu. Tapi disisi lain aku juga cinta sama dia. Sudah berkali-kali aku coba buat lupain dia, tapi tetep gak bisa Zi,"

"Setiap aku sama kamu, yang aku pikirin dia,"

"Maaf.. tapi aku gak mau nyakitin kamu lagi.."

Telinga Zizi memanas, dia berharap bahwa yang dikatakan cowok didepannya itu semuanya bohong. Setetes air mata Zizi jatuh..

Zizi maju satu langkah, "siapa perempuan itu?" Tanyanya, suara Zizi bergetar bercampur dengan deburan ombak.

"Wulan"

~~

Gena merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kakinya yang masih mengenakan sepatu sneakers hitam putih itu menggantung di pinggiran kasur. Dia memejamkan mata sebentar, mengembalikan energi yang sudah terbuang sejak pagi tadi.

Satu hal yang membuat dia sangat lelah hari ini. Zizi. Setiap kali nama itu disebut entah mengapa tenaganya seakan terkuras. Sudah satu tahun dia bebas dari nama itu. Tapi kini kembali lagi menghampirinya.

Nama yang membuatnya mengingat kembali semua kejadian yang sangat menyakitkan. Nama itu dikenal oleh seseorang yang pernah masuk ke dalam hidupnya, seseorang yang ia idam-idamkan namun berkhianat. Seseorang yang sangat dicintainya juga sebagai penyebab dirinya takut untuk mencinta lagi.

"Tidur Ge"

Suara itu membuat Gena tersadar dari lamunannya. Tanpa sadar pipinya sudah basah, rekaman masa lalu yang barusan berputar dalam pikirannya ternyata berhasil membuat Gena menitihkan air mata.

"Ini udah malam ke 2981 lo nangis."

Gena tersenyum, lalu menyeka sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya, "lebay ah, gue di sini aja baru 4 bulan lebih. Satu bulan 30 hari, kalo dikali empat? Berarti baru 120 hari dong"

Ujung Halaman [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang