CHAPTER 21

15 14 14
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

Disinilah Gena dan Jehan berada, di taman belakang sekolah yang tentunya sunyi karena belum masuk jam istirahat. Jehan dan Gena berada disana karena memang mereka berdua bisa dibilang beruntung,

Gena yang sudah mendapat kesempatan keluar lebih dulu karena sudah selesai mengerjakan soal dan Jehan yang mungkin setelah ini akan berhadapan dengan pak Romas karena menghilang di tengah pelajaran yang sedang berlangsung.

keduanya saling bertatapan dalam keheningan, sebelum akhirnya Gena tersadar dan melepaskan genggaman tangannya.

Gena mengambil botol air mineral dari dalam paper bag, lalu memberikannya pada Jehan.

"Biar fokus lagi."

Bukannya mengambil air mineral itu, Jehan justru terdiam. Ini adalah salah satu tindakan dari Gena yang membuat Jehan mengklaim bahwa Gena itu Zizi.

Dan lagi-lagi, Gena melakukan hal itu.

Zizi suka sekali memberikan air mineral pada Jehan saat ia sedang tidak fokus atau gelisah dengan sesuatu. Dan untuk yang kedua kalinya, Gena memberikan air mineral padanya karena merasa Jehan sedang gelisah.

"Jehan?" Panggil Gena mencoba menyadarkan Jehan.

"Gena gue mau nanya sesuatu sama lo boleh?"

"Boleh, tapi sebelum itu, gue dulu. Bibir lo kenapa?"

Sedari tadi, Gena memang selalu memperhatikan ujung bibir Jehan yang terluka.

Jehan memegang ujung bibirnya, "Oh ini.."
Laki-laki itu menjeda perkataannya, tidak mau melanjutkan dan malah menggelengkan kepala tanda dirinya tidak masalah dengan luka itu.

Gena berdecak, karena tidak mendapat jawaban yang pasti. Gena cukup benci dengan orang yang selalu gwencana gwencana padahal aslinya hurt.

"Itu aja pertanyaannya?" Tanya Jehan memastikan yang dibalas anggukan oleh Gena.

"Sekarang lo mau nanya apa?" Gena balik bertanya.

Jehan terdiam sejenak, ia masih menatap lekat kedua mata Gena, Jehan masih memikirkan setiap kata yang disampaikan oleh Zizi dalam mimpinya.

Yang Jehan tangkap dari kata-kata di akhir kalimat 'Zizi hanya satu disini' adalah bahwa tidak ada orang lain yang bisa Jehan sebut sebagai Zizi. Karena Zizi ada di tempat lain. Di mimpinya juga Zizi masih menggunakan bahasa isyarat, tidak seperti Gena yang bisa bicara.

Apa ini pertanda bahwa Zizi memang sudah meninggal? dan Gena bukanlah Zizi?

Tapi sudah banyak kesamaan antara Zizi dan juga Gena, bukan hanya wajahnya, tapi perilaku, kebiasaan, hobi, kesukaan, bahkan tanggal lahir mereka juga sama.

Jehan mungkin akan tetap bersama dengan Gena, hingga ia tau jawaban yang sebenarnya.

"JEHAN"

Jehan tersentak, Gena sepertinya kesal karena Jehan tidak kunjung memberi pertanyaan.

Ujung Halaman [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang