CHAPTER 24

19 14 23
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—oOo—

Jika bisa berpendapat, menurut Gena bintang malam ini terlihat biasa saja dibanding keindahan tulisan sederhana Jehan di sebuah kertas yang terselip di bawah mangkuk sup tahu hangat.

Cepat sembuh cantikku.

Begitulah pesan yang ditulis Jehan. Kata Rendi juga, sup tahu hangat yang ada di atas nakas adalah buatan Jehan. laki-laki itu memasak sup tersebut selagi Gena sedang tertidur lelap.

Malam ini Gena merasa bahwa dirinya benar-benar dilanda asmara. Surat yang tak kunjung ia lepas, senyum yang tidak hilang, serta semangkuk sup tahu yang dengan cepat ia lahap, ditambah memori kejadian tadi sore yang entah bagaimana Jehan bisa datang diwaktu yang tepat, memberikan jaket yang meskipun basah tapi sangat membantu Gena, dan juga pelukan erat yang Jehan larang lepas sebelum sampai di rumah, masih membekas dalam pikirannya,  menjadi tanda bahwa ia benar-benar sedang jatuh cinta.

Gena pernah merasa jatuh cinta, dia pernah menyayangi seseorang begitu dalam, dia juga pernah melakukan hal-hal romantis dengan seseorang, dia pernah diratukan, menjadi rumah untuk seseorang, juga berbagi suka duka dengan orang yang dia sayang, namun Gena tidak pernah merasa senang ataupun sebahagia seperti sekarang. Dan baru kali ini, entah mengapa Gena merasa sangat bahagia padahal orang itu belum dikenal lama olehnya. Hanya dengan beberapa aksi manis dari Jehan, ia menjadi luluh dan perlahan bayang-bayang masalalunya sudah pudar dari pikirannya.

Gena pikir, dia tidak akan jatuh cinta lagi, tapi Jehan mampu mematahkan janji dan sumpahnya. Sepertinya mulai detik ini, Gena benar-benar jatuh cinta pada Jehan. Jika awalnya dia pacaran dengan tujuan lari dari masalalunya, maka sekarang tujuannya berubah. Sekarang ia ingin lebih mencintai rumah barunya.

Gena beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan mendekat ke arah jendela yang gordennya sengaja ia buka agar bisa melihat keindahan malam. Merasa ada sesuatu yang aneh, Gena menoleh ke arah bawah, di sana ada siluet orang yang memakai hoodie sedang bersandar di pohon alpukat yang ada di halaman rumah.

Gena merinding lalu segera menutup kain gorden dan memilih untuk kembali ke tempat tidur. Saat hendak melangkah, tiba-tiba ponselnya berdering, Gena melihat nomor tidak dikenal tertera di lockscreennya. Gena tidak menjawab telepon itu, detik berikutnya ada pesan yang masuk,

Zizi sayang..Argan di halaman rumah, keluar dong, aku mau ketemu, bentar aja.

Mata Gena berhasil membulat sempurna saat melihat pesan itu. Ia mulai gemetar, ujung jari-jari tangan dan kakinya mulai dingin. Ada apalagi ini?

Gena kembali membuka kain gorden itu sedikit, untuk melihat orang yang bersandar di pohon. Apakah itu Argan atau bukan.

Saat Gena mengintip, orang itu sedang memegang handphonenya. Pikir Gena, mungkin orang itu benar-benar Argan,

Tapi sepertinya kali ini Gena tidak boleh lari, ia memang perlu bertemu dengan Argan dan meminta agar cowok itu tidak membuntutinya kemanapun dia pergi. Gena ingin bebas, ia tidak ingin terus-terusan lari dari Argan.

Ujung Halaman [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang