12.| Penyesalan Halilintar|

1.7K 148 10
                                    

Beberapa bulan kemudian.

POV HALILINTAR :

Sejak hari itu dia benar-benar ngejauh dari gue dan pergi dari kehidupan gue.

Tempo hari setelah pertengkaran gue dan Taufan. Solar datang nemuin gue di belakang sekolah. Dan dia bilang-

"Jadi Solar ada apa? Kenapa lo ngajak kita ketemuan disini?" tanya gue memulai pembicaraan. Bisa gue liat wajahnya serius. Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu sama Taufan?

"Sebelum gue jawab. Ada satu hal yang mau gue tanyain sama lo." ujar Solar.

Kepala gue mengangguk, "Tiga hari yang lalu, saat gue nggak masuk. Apa terjadi sesuatu disini?" tanya Solar langsung ke intinya.

"Gak ada sih Sol. Emang ke--"

"Lo mau coba bohongin gue, Li?" potong Solar, bisa gue lihat ada aura gelap dibalik manik silvernya.

"Maksud lo, Sol?" tanya gue.

"Ckkk gak usah berlagak polos deh lo, Li. Gue benci orang munafik." tutur Solar melemparkan tatapan jijik sama gue.

"Gue berkata jujur Sol. Di sekolah emang gak ada apa-apa. Tapi--" gue liat reaksi Solar tiba-tiba berubah.

Raut wajahnya dingin, melebihi sifat gue. Bahkan bisa dikatakan sifat asli Solar yang sebenarnya.

"--Lo bertengkar dengan Taufan 'kan?" sela Solar bahkan nada bicaranya pun lembut namun menakutkan.

"Dari mana lo tau soal itu?" tanya gue karna saat itu Solar lagi ikut lomba olimpiade.

"Lo nggak perlu tau, gue tau dari mana soal itu. Tapi benar'kan lo sama Taufan bertengkar?" Gue mau nggak mau terpaksa ngangguk. Toh emang jawaban dia benar.

"Iya itu benar. Gue sama Taufaan bertengkar hebat saat itu." jawab gue jujur.

"Dan lo nggak sengaja ngusir Taufan. Benar begitu, Li?" sambung Solar dan lagi tebakannya itu benar.

Akh kenapa sih Sol, lo kelewat pintar sama semua tebakan lo tepat sasaran. Batin gue frustasi.

"Pantes lo dipanggil cucu 'Albert Einstein' . Tingkat kecerdasan lo setara sama dia cuman beda beberapa persen aja." kata gue ga sengaja.

Gue lihat wajah datarnya. Seolah tak peduli dengan nama yang diberikan orang-orang untuknya. "Gue nggak lagi bahas siapa yang lebih cerdas? Gue atau Albert Einstein? Tapi gue lagi bahas soal lo dan Taufan. So jangan alihin topik pembicaraan. Setelah bahas itu seterah lo mau bahas topik apa? Tapi nggak untuk sekarang Hali. Gue harap lo ngerti maksud gue."

Ini nih sifat yang bikin gue pengen jadi lo, Sol. Walaupun lo cerdas tapi lo nggak tinggi hati. Gue salut sama lo, Sol. "Woy! Hali lo dengar gue nggak sih?" omel Solar sambil goyangin badan gue.

"Eh? Iya, kenapa Sol?" tanya gue agak linglung baru sadar kalo gue tadi ngelamun.

"Makanya kalo ada orang ngomong tuh dengarin bukan malah ngelamun."
oceh Solar.

"Haduh! Iya-iya jangan ceramah juga Sol. Sakit nih kuping gue." ujar gue sambil nutup telinga pusing dengar ceramah Solar yang hampir mirip sama adek gue.

"Oke back to topik. Jadi lo benar-benar ngusir Taufan, Li?" tanya Solar alihin topik dan langsung to the point.

"Seperti jawaban gue di awal." ujar gue dan dia cuman manggut-manggut.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang