SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN
FOLLOW AKUN PENULISNYA
[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]
KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.
JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.
NO SILENT READERS...
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
DILARANG KERAS MEN-COPY
SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.
UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!
TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...
Happy reading 🦋
"Jangan patah semangat ketika usaha lo gak sesuai ekspetasi"
~Taufan Mahendra Baskara
⎯ Halilintar Argantara⎯
Di tempat lain.
"Akhh..." ringisnya pelan."Aww sial sakit banget." Umpat pemuda itu memegangi kepalanya yang sakit. Pemuda itu memenjamkan mata mencoba menghilangkan rasa sakit di kepalanya.
"Taufan, lo udah sadar?" tanya pemuda satunya menatapnya cemas.
Pemuda yang di panggil Taufan, membuka matanya perlahan, sinar surya membuat matanya menyipit. Dahi Taufan mengkerut sempurna, ia berusaha menahan sakit di kepalanya yang semakin menjadi.
"Aduh kepala gue," lirih Taufan dengan mata terpejam nyaris limbung.
"Fan! Fan! Hei Fan! Lo kenapa? Lo sakit?" Pemuda itu merangkak mendekati Taufan dengan tangan dan kaki terikat. Sesekali ia menggeser posisi duduknya hingga berada di samping kepala taufan, namun terlambat taufan sudah lebih dulu jatuh ke lantai.
"S-sakit hiks" tangis Taufan sambil menjambak rambutnya kuat.
"H-hentikan Fan, gue mohon ..." lirihnya menghentikan pergerakan taufan yang menjambak rambutnya sendiri.
"S-sakit Sol hiks" decitnya pelan sambil memegangi kepalanya. Wajah dengan gurat sendunya terangkat. Tersenyum ia melihat tatapan penuh khawatir sedang menatapnya.
"Gue mohon bertahanlah Fan. Gue akan cari cara biar kita bisa keluar dari sini." ucap Solar.
Ia menepuk-nepuk pipi tembem taufan, berusaha agar taufan tetap terjaga dan tidak pingsan kembali.
"G-gue percaya sama lo" lirihnya. Matanya mengerjap pelan menatap wajah Solar yang di penuhi luka-luka.
Ruangan itu seketika hening, semuanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, sebelum suara lirih membuyarkan lamunanya.
"S-solar." Suara lirih itu terdengar di telinga Solar.
"F-fan, kenapa? Lo butuh sesuatu?"
Taufan hanya menggeleng lemah sebagai jawaban. Akhirnya Solar menghela nafas kasar. Ia tidak tega apalagi melihat Taufan yang sudah tergeletak lemas di pangkuannya.
"Sol, gue izin tidur dulu ya sebentar" Taufan berkata lirih, dengan senyum di wajahnya, namun senyum yang kali ini ia tunjukkan bukan senyum seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar Argantara [End]
Fiksi Penggemar[𝗧𝗔𝗛𝗔𝗣 𝗣𝗨𝗕𝗟𝗜𝗦𝗛 𝗨𝗟𝗔𝗡𝗚] "𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘳𝘦𝘪𝘯𝘬𝘢𝘳𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪." -𝗛𝗔𝗟𝗜𝗟𝗜𝗡𝗧𝗔𝗥 𝗔𝗥𝗚...