53. | Anak sama bapak sama |

928 80 98
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...





Happy reading🦋









Halilintar Argantara⎯

"Aku-- sudah mengatakan pada ibu tentang semua yang⎯ "

"BOHONG!!"

PLAK!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Amato, laki-laki itu berusaha menjelaskan pada ibunya.

"Berbicaralah jujur human."

"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya bu..."

PLAK!!

Satu tamparan lagi, Amato menunduk sambil memegang pipi kirinya yang terasa perih.

"Lagi lagi kau berkata bohong Amato! Katakan! Bagaimana bisa cucu kesayanganku tiba tiba meninggal?!!"

"Ma-maaf aku tak tahu, semua kejadian itu terjadi begitu cepat." Ucap Amato terbata sambil menundukkan kepalanya.

"Angkat kepalamu, aku tidak suka orang yang aku ajak bicara menunduk seperti orang lemah." ucap Evarette memerintah Amato, namun tidak ada sedikit respon dari puteranya.

"APA KAU TIDAK DENGAR YANG KU KATAKAN TADI?! AKU BILANG ANGKAT KEPALAMU!!" kali ini Elvarette berteriak membentak puteranya.

"Sudah, sudah tenangkan dirimu dulu. Kasihan putera kita kamu bentak kayak begitu."

Elvarette menggeleng. "Gimana aku bisa tenang, Mas? Cucu kesayanganku tiba tiba meninggal tanpa alasan yang jelas, bahkan anak kita sendiri saja tidak tahu alasannya, Mas."

Reynand sangat mengerti apa yang di rasakan istrinya.

"Sttt ... sttt ... sudah. Mas ngerti gimana perasaan kamu. Mas tahu kamu belum bisa menerima kepergiannya, tapi Mas mohon sama kamu, jangan seperti ini."

Elvarette semakin terisak. Tak pernah terbayangkan cucunya akan pergi secepat ini meninggalkannya. "Lalu aku harus apa Mas? Dia cucuku Mas, Cucu kesayanganku."

Elvarette duduk di kursi yang di duduki suaminya. Ia menatap semua anggota keluarga dengan mata menyorot seolah tidak terjadi apa-apa. Kecuali kedua orang tua Mara yang kemungkinan kecil, sepemikiran dengan orang tua dari Amato.

"Kau juga sebagai menantu, bagaimana kau bisa lalai menjaga cucuku?" Kini Evarette menatap Mara.

Mara yang bingung, dia menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus menjawab apa karena kejadian itu terjadi begitu singkat. Kepulangan halilintar yang tiba tiba, lalu si bungsu yang ikut pulang dari sekolah dan terakhir saat mereka lagi sedang berbicara dengan anak mereka. Tiba tiba anaknya hilang begitu saja. Di susul telepon dari keluarga Desmond yang mengatakan bahwa putera mereka sudah tiada. Semua itu terlalu singkat untuk di jabarkan dalam kurun waktu mendadak seperti ini.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang