72. | Bimbang |

765 65 102
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...






Happy reading🦋





"Rezeki bukan cuma tentang uang, punya kakak yang sayang dan mau melindungi adeknya itu juga termasuk rezeki."

-Fang





⎯ Halilintar Argantara⎯

"Sol, gue mau ngomong sama lo."

Kehadiran Taufan mengejutkan Solar yang sedang mengusap lembut kepala orang yang tidur di pangkuannya sembari menatap ke arah Taufan.

"Ngomong apaan?" tanya Solar sama sekali tidak beranjak dari kursi yang di duduki.

Taufan tidak menjawab. Solar yang paham, ia langsung membangunkan Thorn, lalu mengikuti Taufan.

"Jadi gimana keputusan lo?" tanya Taufan membuka percakapan.

Solar menghela napas. "Kenapa tiba-tiba lo nanya begitu? Apa Gempa maksa kalian buat nentuin sekarang?"

"Bukan maksa...." sahut Glacier menggantungkan kalimatnya sejenak, "kita gak mau lo terlalu lama mengambil keputusan."

"Gue paham kegelisahan lo. Tapi gue butuh waktu, Glac. Kalau gue salah ngambil keputusan ada dua kemungkinan yang akan terjadi... Pertama gue jelas menghancurkan hidup Thorn, dan yang terakhir gempa sulit diterima oleh keluarganya."

"Selain itu, apa mungkin keluarga gempa menyetujui keputusan gue? Enggak Glac, mereka ngga bakal setuju. Mereka pasti nanya, apa alasan gue ngelakuin itu?"

"Nggak mungkin kan kalau gue bilang mau bebasin gempa, sedangkan Tuhan sendiri udah memberikan hak itu⎯ "

"Apa itu artinya lo meragukan Tuhan?" potong Blaze.

"Bukan gitu⎯ " Solar menggeleng pelan. "Gue cuma takut mereka hancur."

"Itu elo juga tau. Tapi kenapa lo tetap ngambil jalan ini Sol?"

"Gue ngga ada pilihan, Laze. Karena itu gue terpaksa ngambil jalan ini."

Glacier mengerti dengan penjelasan Solar hanya tersenyum kecil. Ia sangat paham dengan kegundahan dihati cowok itu.

Berbeda dengan Blaze dan juga Taufan yang menatap kesal Solar. Mereka menggaruk kepala frustasi karena pemikiran Solar yang terlalu jauh. Dan bahasa yang Solar gunakan terlalu rumit untuk mereka pahami.

Fang yang sejak awal tidak tahu soal ini, hanya mendengarkan dalam diam dan mungkin dia akan bersuara jika Solar memintanya.

Thorn dan Gempa yang menjadi bahan pembicaraan, dua lelaki itu saling tatap dengan sinis. Thorn yang berpikir bahwa Gempa lah penyebab kakaknya frustasi seperti ini. Sementara Gempa berpikir bahwa Thorn lah yang membebankan Solar dalam hal ini.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang