69. | Gangguan mental |

876 72 117
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...

Happy reading🦋








"Hal yang paling menyakitkan, ketika elo dijanjikan sesuatu. Akan tetapi orang itu lupa akan janjinya."

⎯ Gempa Denanda Argantara⎯



"Hidup itu butuh pertimbangan, baik, buruknya, kita harus bisa menyikapinya, jangan sampai penyesalan datang menghampiri. Lakukan apa yang menurut mu baik, jika saat menilai, yang kau lihat buruk, maka tinggalkan! Jangan paksakan dirimu menerimanya, karena sesuatu yang dipaksakan tidak akan baik hasilnya."

⎯ Thorn Rachelo Alvarizi⎯



"jangan pernah meletakkan kepercayaan pada seseorang,karna hati manusia mudah berubah"

⎯ Glacier Dustin Beorthel⎯





⎯ Halilintar Argantara⎯

Dido berdeham. "Gue masih ngga habis pikir sama lo. Bisa-bisanya jadi pengkhianat di Thana Portia padahal lo udah lama menjabat sebagai ketua. Dan yang bikin gue heran, kenapa lo kelihatan lebih licik dari Andini?Sebenarnya apa alasan lo ngelakuin semua ini," ucapnya yang disetujui oleh yang lain.

"Dia pengen jadi adek angkat abang gue," cetus Thorn membuat semua mata tertuju padanya.

"Dia ngga tulus dengan keputusannya. Selama ini dia cuma pura-pura kelihatan sedih. Dia cuma pengen dapat simpati dari kalian supaya bisa mendapatkan apa yang dia mau." ucap Thorn membuat mereka menatapnya tak percaya. Pasalnya selama ini Gempa terlihat sangat menyedihkan. Dapat diakui sandiwara Gempa nyaris sempurna. Gempa layak diberi penghargaan atas keahliannya dalam bersandiwara.

"Anjing! Kita ditipu. Ternyata orang yang kelihatannya lugu gak bisa menjamin dia benaran lugu." ucap Taufan tak santai.

"Luarnya doang baik. Ternyata dalemnya busuk!" Celetuk Fang.

Thorn mengangguk. "Gue yakin dia cuma sandiwara buat menarik perhatian abang gue supaya dia bisa di posisi gue. Gue tau dia cuma pengen ngeliat kehancuran gue. Dia pengen menyandang marga 'Alfarizi' . Dia pengen semua orang beranggapan kalau gue yang buat hidupnya hancur," jelas Thorn. Itulah sebabnya Thorn tidak menyetujuinya. Lelaki itu ingin mematahkan semua harapan Gempa yang berniat menghancurkan nama baik di mata semua orang.

"Jabingan! Nyesal gue udah buang-buang waktu buat dengarin curhatan dia waktu itu." ucap Taufan mengingatkan kejadian tempo lalu.

"Kalau tau kayak gini, kita gak bakal ngasih simpati," sahut Blaze.

"Apa saat Gempa berbicara, dia berani natap mata lo, bang?" Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Thorn.

Solar yang sedari tadi memandangi Thorn dari belakang berpikir sejenak. "Hmm,  seinget gue enggak." Kakinya perlahan melangkah memposisikan diri di sebelah Thorn.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang