"Aku pikir, setelah kejadian buruk menimpa keluarga kita, mereka akan berubah, tapi nyatanya kalian sama saja."
~Halilintar Argantara
Pulang sekolah Halilintar mendapat pesan dari seseorang, yaitu keluarga Langit Anindya Baskara, beruntungnya Halilintar masih menyimpan nomornya hingga sekarang.
Langit membagi lokasi kemudian menyuruh Halilintar untuk membawa gempa bersamanya. Maka dari itu setelah pulang sekolah Halilintar langsung tancap gas disusul Gempa dengan mobilnya masing-masing, sesuai lokasi yang diberikan Langit, dan benar saja Langit sudah menunggunya di sana.
"Apa-apain ini? Kenapa lo ngajak gue kesini? Siapa yang sakit?" Gempa mencecar Halilintar dengan berbagai pertanyaan.
"Gak usah banyak tanya, nanti lo juga tau sendiri." ujar Halilintar menatap Gempa malas dan lanjut berjalan meninggalkan Gempa yang tertinggal di belakang.
"Aelah malah di tinggal lagi." Gempa berdecak sebal, dengan segera ia belari menyusul kakaknya.
Halilintar memperlahan langkahnya dan berhenti tepat di depan ruangan bertuliskan 'Ruang Icu' .
"Paman, Langit," panggil Halilintar.
Merasa terpanggil, maka dia pun menoleh. "Paman Langit yang mengirim pesan padaku?" Halilintar bertanya untuk memastikan. Benarkah pesan yang di kirim Langit di tunjukkan untuknya?
Sekarang, Langit bangkit berdiri. Dia berjalan dua langkah lebih dekat untuk menghadapi Halilintar.
"Iya nak, paman yang mengirim pesan itu padamu." Radhelia juga ikut berdiri menghampiri suaminya dan Halilintar.
"Apa yang sebenarnya terjadi paman? Dan siapa pasien yang ada di dalam sana?" Halilintar menunjuk ruangan di depannya, dimana terdapat pasien di dalam sana yang sedang ditangani dokter.
"Kamu yang tabah ya, nak. Paman yakin kamu pasti bisa melewati semua ujian ini," ucapan tegar dari Langit membuat Halilintar membeku di tempat.
"Ma-maksud paman apa?" tanya Halilintar dengan terbata.
Langit menghela nafas berat beberapa kali. Seperti ingin menunjukkan bahwa apa yang akan dia ucapkan kali ini bukan perkara biasa.
Dengan sabar Halilintar menunggu, meski hatinya teramat was-was karena feelingnya mengatakan bahwa ada berita buruk yang ingin ia sampaikan.
Namun dia masih berusaha positif bahwa semuanya akan baik-baik saja."Jujur saja nak, paman nggak sanggup mengatakannya. Tapi bagaimana pun juga paman harus tetap mengatakannya." ujar Langit membuat Halilintar semakin bingung dibuatnya.
"Maksud paman gimana? Hali sama sekali gak ngerti maksud paman?" tanya Halilintar.
Raut wajahnya kelihatan bingung, ia benar-benar tak paham dengan yang dikatakan pamannya.
Langit kembali menghela nafas entah untuk keberapa kalinya. "Duduk dulu yuk, nak. Biar paman jelasin semuanya," suruh Langit sambil mendudukan Halilintar di bangku depan ruangan Icu.
Halilintar mengangguk kecil, mengikuti pergerakan Langit yang mendudukannya di bangku, meskipun jauh dalam lubuk hatinya ia cemas bukan maen, Halilintar tetap menuruti perintah Langit. Sementara istri Langit berada disisi kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar Argantara [End]
Fanfiction[𝗧𝗔𝗛𝗔𝗣 𝗣𝗨𝗕𝗟𝗜𝗦𝗛 𝗨𝗟𝗔𝗡𝗚] "𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘳𝘦𝘪𝘯𝘬𝘢𝘳𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘬𝘦 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪." -𝗛𝗔𝗟𝗜𝗟𝗜𝗡𝗧𝗔𝗥 𝗔𝗥𝗚...