83. | Penyakit yg dirahasiakan |

595 59 71
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...






Happy reading🦋





⎯ Halilintar Argantara⎯

Beberapa menit kemudian....

Ceklek

Dokter pun keluar dari ruangan pemeriksaan lalu menghampiri keluarga Halilintar dan juga Thorn.

"Gimana keadaan abang saya/solar/kak solar dok?" tanya Thorn, Amato dan Gempa.

Dokter tersenyum kepada mereka bertiga, "Wah kalian kompak sekali rupanya."

"Ekhem...ga usah basa basi Dokter Glacier yang paling idaman, gimana keadaan abang gue?" tanya Gempa.

"Iya iya Gem, selow bro. Solar kondisinya sudah stabil dan untungnya tidak terjadi luka dalam diperutnya, dan ketika sadar nanti solar akan merasa nyeri karena efek yang sepertinya bekas pukulan yang menghatam di perutnya, apalagi dua tahun yang lalu solar pernah terkena peluru dibagian perutnya, dan kemungkinan kondisinya bisa tiba tiba memburuk, tapi kalian gak usah khawatir, kami akan terus memantaunya hingga kondisinya berangsur pulih nantinya, untuk 1 sampai 2 hari solar harus di rawat untuk pemulihan sebentar lagi solar akan dipindahkan ke ruangan rawat." ucap Dokter Glacier.

"VVIP." ucap Amato.

Gempa kembali menghadap Thorn. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil memainkan emosi lawannya.

"Lo dengar sendirikan? apa kata Dokter Glacier, bahkan dia sendiri mengakui kalau gue itu adek dari solar." Thorn tertawa lebar mendengar ucapan yang terkesan nyolot dari Gempa.

"Gue dengar, lo pasti bangga dengar pengakuan itu," sambung Thorn.

"Bukan itu maksud gue Gem," sahut Glacier menatap Gempa sekilas.

"Gue nggak ada maksud buat ngasih harapan sama lo, jawaban itu cuma sekadar untuk menjawab pertanyaan yang lo tanyakan sebagai keluarga pasien. Dan jawaban gue nggak ada kaitannya sama masalah yang terjadi sama kalian," jelas Glacier meluruskan maksud perkataannya.

"Jadi maksud lo? jawaban itu bukan pengakuan dari lo?" tanya Gempa mengambil kesimpulan.

"Bukan." sela Taufan cepat.

"Lalu?"

"Hanya sekadar jawaban." jawaban Glacier.

"Udah jelaskan?" Thorn menyeringai sambil menatap Gempa yang dadanya mulai kembang kempis.

Gempa menatap tajam Thorn sebelum tersenyum miring. "Bukannya kakak lo sendiri yang mengakui kalau gue ini adek angkatnya?" tunding Gempa. Keadaan terbalik. Senyum manis itu perlahan memudar mendengar kata-kata Gempa.

"Ini masalah pribadi. Seharusnya kalian tidak membawa-bawa masalah ini ke rumah sakit." Atensi mereka berpusat kembali pada Dokter Glacier. Kepala Gempa menunduk merasa bersalah dan malu. Lain halnya dengan Thorn yang masih santai-santai saja.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang