38. | Siapa dia? |

1K 102 43
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...


Happy reading 🦋






"Terimakasih Tuhan untuk malam ini, meski ini hanya sesaat, tapi aku bahagia"

~Dia yg terluka






Halilintar Argantara⎯

Halilintar berjalan mengendap, celingukan kanan-kiri mencari keberadaan kedua orang tuanya. Jangan sampai ia ketahuan pulang tengah malam.

"Aman," ucap Halilintar menghembuskan nafas lega sambil mengusap dadanya.

Namun⎯

Ceklek~

"Dari mana saja kamu? Kenapa jam segini baru pulang?" Halilintar menoleh dengan gerakan patah-patah dan menelan salivanya kasar ketika melihat tatapan tajam ayahnya.

"A-ayah" decitnya pelan.

Ia terkejut melihat ayahnya sedang berdiri di ujung saklar, menatapnya tajam. Seolah kedoknya baru saja terbongkar di depan matanya.

"Ayah tanya sekali lagi, dari mana saja kau hah?! Kenapa jam segini baru pulang?! Apa kau tidak melihat sudah jam berapa sekarang!" bentak Amato menatap galak puteranya.

"Maaf," Halilintar menunduk takut. Ia tak berani menatap mata tajam ayahnya.

Matanya mengerjap dengan nafas panjang ia hembuskan, seakan berat melakukannya.

"Baiklah, kali ini aku memaafkan mu. Jika sampai aku tau ini terjadi lagi, aku tidak segan-segan menghukummu! Faham?!"

"Pa-paham ayah," ucap Halilintar mengangguk patuh.

"Bagus. Sekarang pergi ke kamarmu dan tidur. Sebelum aku berubah pikiran," suruh Amato.

"Ba-baiklah ayah" ucap Halilintar patuh.

Ia langsung bergegas masuk kamarnya dan menutup pintunya. Amato hanya menatap puteranya dalam diam sampai pintu kamar itu tertutup, barulah ia pergi dari sana, tak lupa mematikan saklar lampu ruang tamu kembali.

Setelah selesai mandi, ia langsung menghempaskan diri ke atas tempat tidur. Halilintar berbaring dengan posisi terlentang di atas ranjang miliknya yang ia bagi dua dengan adiknya sembari menatap langit-langit kamar yang tinggi.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Ini terasa janggal di hidupku, apa mungkin mereka sudah mulai berubah? Atau ini memang hanya perasaanku saja" batin Halilintar merasa ada yang tak beres dengan sikap orang tuanya.

Entah bagaimana ia harus menjawab pertanyaannya sendiri, karena jujur saja ia sendiripun bingung bagaimana menjawabnya.

Di bilang mimpi, bukan. Di bilang nyata, juga bukan. Lalu ini apa? Apa arti dari semua ini?

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang