22. |Dream's Gempa |

1.5K 106 16
                                    

"Aku kira kakak bakal bersikap lembut padaku, tapi ternyata semua itu hanya fantasi ku saja."

~Gempa Denanda Argantara


Minggu pagi,

"Hali." Blaze memanggil Hali, ketika melihat seorang pemuda duduk membelakanginya, dibangku taman dengan kepala sedikit ditundukan, sedang bermain ponsel.

Hali merasa terpanggil lantas menoleh ke belakang. "Sini blaze!" suruh Halilintar agar blaze mendekat.

Blaze mengangguk lalu mendekati halilintar.

"Udah lama nunggu, Li?" tanya Blaze basa-basi sambil mendudukan dirinya dibangku panjang yang sedang hali duduki.

Hali menggeleng. "Baru aja nyampe."

"Ohh gue kira udah lama tadi." ujar Blaze dan hali menggeleng.

"Ngomong-ngomong lo ngajak gue kesini, katanya ada hal penting, emang sepenting apa sih masalahnya sampai ngajak ketemuan? Padahal kan bisa lo jelasin di sekolah atau ditelepon, gitu." cecar Blaze dengan berbagai pertanyaan, tanpa memberi Halilintar kesempatan berbicara.

"Hadeh! belum apa-apa udah begini, gimana nanti pas gue jelasin, bisa mampus gue!"

"Nanya nya satu-satu Blaze, gue nggak bakal kabur kok." Blaze mengangguk, menyetujui perkataan halilintar.

"Ya udah kalo gitu cepat jelasin! Jangan bikin gue makin penasaran." Hali merespon dengan anggukan.

"Nggak tau cuman perasaan gue atau emang benar, gue merasa ada yang janggal disini, hilangnya taufan menurut gue itu nggak wajar Laze," ungkap halilintar merasa ada sesuatu yang janggal dengan hilangnya taufan.

"Maksud lo? hilangnya taufan nggak wajar? tuh gimana Li?" ucap Blaze nge-lag.

"Duh! Blaze otak lo gak bisa lancar dikit apa?! situasi lagi genting juga" sungut halilintar greget sendiri.

"Lah nyalahin otak gue! Lo aja itu mah yang ngomongnya kecepatan." kelit Blaze tak terima dirinya disalahkan.

"Ckkk." decak halilintar geram.

"Sabar aja bang, bang blaze mah emang gitu, otaknya kadang-kadang suka nge-lag." sahut seorang pemuda dari arah belakang tempat blaze dan halilintar duduk.

"Ice" beo halilintar melihat orang yang menyahutinya tadi.

"Lo ajak adik lo juga?" Halilintar mendelik kearah blaze dengan tatapan tak percaya.

Blaze mengangguk. "iya, kenapa muka lo tegang gitu? Gue kan cuman ajak adek gue bukan ngajak maling." ujar Blaze rupanya menyadari raut wajah hali yang berubah, ketika melihat kedatangan adiknya.

"Lo sadar nggak sih Blaze? Secara nggak langsung lo udah bocorin rahasia kita" tuduh halilintar.

"Bocorin rahasia? APA MAKSUD LO HAH? LO PIKIR ADEK GUE PENGUNTIT PENCULIK SAHABAT LO!" Blaze langsung berdiri melayangkan tatapan tajam pada temannya.

"Bu-bukan gitu maksud gue, blaze" Halilintar reflek ikut berdiri, sepertinya blaze salah mengartikan maksudnya.

"LO BILANG BUKAN?! LO KIRA GUE TULI! JELAS-JELAS LO SENDIRI YANG NUDUH ADEK GUE PENGUNTIT!" tukas blaze.

Ice berlari kecil menghampiri halilintar dan blaze. "Kak--"

"KAPAN GUE BILANG ADEK LO PENGUTIT? LO SENDIRI YANG BILANG BUKAN GUE!" tandas halilintar tak terima tuduhan yang dilontarkan blaze.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang