60. | Fight or die? |

837 89 107
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...





Happy reading🦋



"Bohong itu sebenarnya nggak baik. Tapi kalau demi kebaikan, kemungkinan kecil bisa dibenarkan."

⎯ Blaze Desmond Ratalee⎯






"Sekeras apapun lo berusaha, kalau udah waktunya pasti terbongkar."

⎯ Taufan Mahendra Baskara⎯




"Jangan buang-buang waktu lo buat hal yang gak seharusnya lo khawatirin."

⎯ Alvarez Solar Alvarizo⎯

"Seandainya tukaran kehidupan itu bisa. Gue pengen ada di posisi lo, Thorn."

⎯ Gempa Denanda Argantara⎯








⎯ Halilintar Argantara⎯

Dengan wajah panik, Blaze berlari masuk ke ruangan.

"Ada apa Blaze? Siapa yang datang?" tanya Taufan panik.

"Ga ada waktu Fan, kita sembunyi dulu," ucap Blaze lalu mendorong Taufan untuk segera bersembunyi.

Taufan mengangguk lalu dia bersembunyi di tempat yang kecil agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaannya.

Sedangkan Gempa dan Solar lebih dulu meninggalkan tempat penyekapan itu, bahkan ketika bunyi pelatuk dilepaskan.

Tidak lama setelah itu terdengar langkah kaki yang ikut menyusulnya. Siapa lagi kalau bukan circle Gempa.

Sejak percakapan yang Blaze katakan beberapa saat lalu, untuk waktu yang sedikit lama keduanya tidak lagi mengobrol dan hanya fokus bersembunyi.

Meski begitu, selama sesi senyap itu Blaze tidak henti-hentinya memikirkan bagaimana caranya agar bisa melarikan diri dari circle Gempa.

Dan juga, bukannya Gempa tadi bilang anak buah nya tidak segampang itu dibodohi? Kenapa sekarang ia baru menyadarinya? Misi penyelamatan apa seperti ini? Jika melawan mereka saja tidak bisa apalagi melarikan diri.

"Blaze!" Tegur Taufan pelan. Laki-laki itu menatapnya sebentar dan mengerinyitkan dahi. Menunggu Taufan untuk melanjutkan ucapannya, mereka sekarang tengah berada di dalam lemari yang ada di sana.

Netranya masih menatap Blaze. Keenganan merajai pikirannya. Antara mengusulkan atau tidak sama sekali. Blaze sendiri tampaknya sabar menunggu Taufan mengucapkan kata-katanya, buktinya pemuda itu tidak menginterupsi Taufan yang tengah berpikir.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang