85. | Epilogue |

793 72 80
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...




Happy reading🦋







⎯ Halilintar Argantara⎯

Sebuah pesawat yang membawa penumpang dari luar negeri mendarat dengan sempurna di parkiran khusus pesawat di bandara Soekarno-Hatta.

"Gue harap, dengan membawanya Hali ke sini adalah keputusan yang tepat," batin Adeline sembari menatap keluar jendela.

"Gue harap, ga terjadi apa apa saat gue pergi," batin Halilintar dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat.

Seluruh penumpang yang berada dalam pesawat segera turun setelah mendapat aba aba dari pramugari yang bertugas.

Satu per satu penumpang turun dari pesawat dan melangkah ke pintu keluar. Salah satunya adalah seorang pria dengan tubuh tinggi dan mengenakan mantel mahal yang melekat pada tubuhnya, melangkah keluar tanpa membawa apa pun di tangannya. Karena sudah ada orang yang mengurus barangnya dan ia tidak peduli siapa mereka. Biasalah holkay mah bebas_-

Pria berusia 20 tahun itu melangkah keluar tanpa melepaskan kacamata hitam yang menutup manik matanya.

Tubuh tinggi proposional dengan tampang galak itu tidak mempedulikan tatapan para gadis dan ibu ibu yang menatapnya dengan tatapan terpesona, seolah baru melihat orang tampan saja. Begitulah isi pikiran Halilintar saat di tatap seperti itu.

Mata tajam di balik kacamata hitam itu memindai setiap sudut bandara hingga akhirnya ia keluar dari bandara dan menghirup udara penuh polusi ibukota.

"My country and My friend, i'm back."

Seringaian pria itu muncul begitu saja setelah beberapa detik ia menghirup udara ibukota. Pria itu bersiap melangkah menuju mobil yang akan menjemputnya ketika sebuah lengan menahannya.

"Hali tunggu!" Adeline mencekal tangan sahabatnya saat hendak melenggang pergi.

"Apa Adeline?" tanya Halilintar polos. Seketika wajah gadis itu berubah datar mendengar penuturan polos sang sahabatnya.

"Ck, dasar pikun," cibir Adeline.

"Ngomong apa tadi, hmm?" tanya Halilintar dengan satu alis terangkat.

Wajah Halilintar kini begitu dekat, hingga Adeline refleks mendorong dada Halilintar.

"Alin Lili! Ini tempat umum!" ucap Adeline panik.

Halilintar tersenyum. "Lalu kenapa? Bukan kah kita sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Nadanya terdengar menggoda.

Plakk

"Aw... Kok ditampar sih, Line?"

"Lo ngapain lihat gue kayak gitu? Mesum lo?"

"Gr lo" jawab Halilintar sembari menggeser badannya ke samping kiri asisten adeline namun masih dengan satu tangan di masukkan ke saku celana. "Ga nafsu gue badan lo rata gitu," lanjutnya.

Halilintar Argantara [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang