Seorang gadis remaja bernama, Aurora Lovania Adarson. Sedang berlari menyusuri trotoar.
"Jangan jangan jangan!!," ujar Rea karena melihat gerbang sekolahnya yang akan di tutup.
"Buka dong Pak, pintunya, Rora mau masuk," ujar Aurora memohon kepada satpam sekolahnya.
"Ya udah, tunggu sebentar ya, Nak," ujar satpam tersebut, yang akan membukakan gerbang untuk Aurora.
Aurora sudah tersenyum bahagia, karena dia tidak akan dihukum, akibat terlambat.
"Jangan dibuka, Pak," teriak seorang laki-laki dari kejauhan, dengan wajah datarnya.
"Sial, kok tuh kulkas, bisa ada di sini sih," gumam Aurora kesal.
"Cepetan dong, Pak, biar Rora langsung masuk," ujar Aurora.
"Jangan." Laki-laki tersebut mempercepat langkahnya.
Satpam tersebut bingung, perkataan siapa yang harus dia turutin.
"Pak, cepetan! Sebelum ketos sialan itu sampai ke sini," ujar Aurora panik.
Satpam tersebut mengangguk. Lalu dengan segera membukakan gerbang untuk Aurora, dengan segera Aurora masuk, dan bersiap untuk berlari menuju kelasnya.
Tetapi tiba-tiba, sebuah tangan sudah menahan tasnya, dan membuat Aurora hampir jatuh ke belakang.
"Lo, apaan sih! Lepasin tas gue!" ujar Aurora kesal.
"Lo udah terlambat, mau masuk gitu aja? Gak ada! Sana berdiri di lapangan dengan yang lainnya," ujar laki-laki tersebut, yang merupakan seorang ketua osis.
"Plis deh, gue capek lari-lari, di suruh lagi berdiri di lapangan, ogah," ujar Rea dan bersiap untuk pergi.
Tetap lagi-lagi, laki-laki tersebut menarik tangannya dan membawanya ke lapangan.
"Ini satu lagi."
"Kamu, Baris di sebelah sana," ujar seorang perempuan, yang merupakan anggota osis.
"Udah deh, Alana, panas nih. Mending lo bolehin gue masuk," ujar Aurora kepada perempuan tersebut, yang adalah Alana. Sahabat Aurora.
"Rora, kan udah sering, Alana bilang. Jangan datang terlambat," ujar Alana.
"Gue punya alasan," balas Aurora.
"Intinya, Alana gak bisa bantu Rora, nanti kalau Alana bantu, Edgar nya marah," ujar Alana.
"Takut banget lo, sama si kulkas," ujar Aurora sambil menatap sinis ke arah Edgar yang sedang menatapnya datar.
"Alana, lo urus yang laki-laki, biar gua yang perempuan," ujar Edgar memberikan perintah kepada Alana, dan langsung dilaksanakan.
Alana berjalan ke arah barisan laki-laki, sementara Edgar di barisan perempuan.
"Kalian semua, bersihkan toilet yang di bawah, nanti gue cek," ujar Edgar.
"Dan lo," Edgar menunjuk ke arah Aurora, "tetap di barisan." ujarnya.
"What! Lo apaan sih, panas nih!" ujar Aurora kesal, karena hanya tersisa dia sendiri yang berada di lapangan.
"HE! KULKAS, LO MAU BUAT GUE PINGSAN YA!?" Aurora berteriak marah kepada, Edgar yang sudah pergi ke kelasnya.
"Item, dah gue, mana panas banget lagi," ujar Aurora yang ingin menangis.
Hampir setengah jam, Aurora berdiri di lapangan, dengan cuaca yang panas. Tanpa ia ketahui, Edgar yang sedari tadi menatapnya dari lantai dua.
"Panas banget njir!" Aurora mengelap keringatnya yang bercucuran.
Tidak lama kemudian, kesadaran Aurora perlahan hilang, ia pun pingsan di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ketos My Husband |END| (TERBIT)
Teen FictionEdgar Emiliano Adison, seorang laki-laki dengan sifat dinginnya dan ketegasannya dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang ketua Osis. Datar adalah ekspresi wajah yang selalu ditunjukkannya kepada semua orang. Bagaimana jika seorang Edgar menjalin...